Rabu, 27 September 2017

Floating Market dan Farm House Lembang

Ini traveling #part2 saya di Lembang ya, setelah #part1 Transportasi Menuju The Lodge Maribaya dan Taman Begonia Lembang. Baiklah, pada part 2 ini saya tidak akan bercerita soal transportasi, karena di zaman modern ini sangat mudah menemukan transportasi online. Jadi kamu tinggal duduk dan diantarkan ke lokasi tujuan.

Di bagian ke-2 ini, saya bercerita hal-hal sederhana saja yang saya lalui waktu libur tahun baru Hijriah kemaren, tepatnya Kamis, 21 Sepember. Kali ini kita traveling tidak mendadak, saya sudah merencanakan sebelumnya dengan salah seorang teman masa kecil. Teman saya tertarik, sebab melihat foto saya di Maribaya pada traveling part 1. Waktu itu dia bilang mau ikut, tentunya tidak saya ajak ke tempat yang sama ya. Akhirnya saya tawarkan ke, "Floating Market" dan "Farm House", 2 tempat dalam satu hari, seperti biasa. ;)



Saya sudah lama mendengar tempat wisata ini, tapi baru sekarang saya berkesempatan mengunjunginya. Sebenarnya tempat ini tidak jauh sih, lebih dekat dari UPI, apalagi farm house yang letaknya di atas UPI sedikit. Kali ini saya pick up gra*dari Dago, kosan teman saya, lebih dekat dari tempat saya tentunya. 





Tujuan pertama kita adalah Floating Market. Gak ada alasan tertentu sih bagi kita buat memilih tempat ini duluan. Suka-suka aja. Ternyata Floating Market posisinya di atas Farm House, cukup dekat jaraknya, sekitar 15 menitanlah waktu tempuhnya antara dua tempat ini.


Ingat ya, menuju tempat wisata itu harus pagi. Tapi kali ini saya tidak bisa konsisten dengan tips saya sendiri, sebab kita berangkat pukul 11 siang dari Dago, taraaa.. Alhamdulillah masih ada driver online yang mau ke arah utara, biasanya mereka pada ngehindar ceunah ... karena takut macet. Tapi tempat yang ini dekat kok daripada Taman Begonia atau The Lodge, jadi walaupun kita berangkat pukul 11, tetap aja nyampe sebelum dzuhur. Lumayanlah setengah hari buat jalan-jalan. Hehe.



Floating market itu tempat apa, sih? Ya, pasar apung gitu. Tapi tidak hanya sekedar pasar apung. Di sini kamu juga akan menemukan taman-taman indah, hewan-hewan ternak seperti angsa, domba, dll, yang bisa diberi makan oleh pengunjung. Tapi pengunjung yang ingin memberi makan ternak-ternak ini, tentu harus membeli makan ternaknya dulu yang dijual di depan kandang. Belinya bukan dengan uang tapi dengan koin. Koin ini seperti koin ti****ne yang bisa kamu beli di depan pintu masuk floating market. Aturan mainnya juga sama, jika koin ini bersisa,kamu tidak bisa menukarkannya kembali dengan uang. Jadi pastikan kamu membeli koin sesuai kebutuhan.




Gambarannya, area floating market mengelilingi danau. Kamu dapat mengitarinya dari sebelah kanan pintu masuk dan nanti berakhir di pintu keluar sebelah kiri. Area danau cukup luas. Di sini juga terdapat rumah barbie dan area berfoto ala-ala Korea. Sayangnya untuk menikmati ini semua, kamu harus membayarnya dengan koin. Begitu juga dengan sebagian besar makanan yang dijual di floating market, dibayar dengan koin. Area utama sepertinya memang ini berbagai tempat makan yang berjejer di pinggir danau.



Cukup menyenangkan di sini, karena areanya yang sangat luas dan nyaman untuk bersantai atau berfoto. Dari Floting Market kami langsung menuju ke Farm House.

Nah, ada apa ya di Farm House? Namanya juga Farm House, jadi di sini banyak terdapat rumah-rumah Farm seperti di Eropa gitu. Tapi sayangnya tempat wisata ini tidak begitu luas seperti Floating Market. Di sini kamu dapat berfoto dengan gaya Eropa, ada penyewaan kostum yang dapat dipakai untuk berfoto di setiap area Farm House. Ada beberapa tempat makan yang enak juga, tapi pasti khasnya Susu Murni Lembang. O ya, tiket masuk ke Farm House ini adalah Rp 20.000,- week day dan Rp 25.000,- week end. Tiket ini dapat kamu tukarkan dengan 1 cup susu murni di dalam.






Begitulah wisata kami di dua tempat ini, kamu cukup puas menikmatinya dengan setengah hari. Selamat Berlibur! :) Besok saya kemana, ya? Kebetulan besok saya libur after PTI (Pembagian Rapor) nih, sampai Minggu.







Minggu, 24 September 2017

Setiap Orang Berjalan Sesuai Zona Waktunya Masing-Masing

Setiap orang berjalan sesuai zona waktunya masing-masing, memang benar adanya. Perbincangan singkat saya dengan teman masa kecil.

Teman: "Saya belum kepikiran nikah, masih jauh dari pikiran saya. Mungkin saya menikah nanti umur 28nan, sekarang yang ada di pikiran saya, gimana saya memperoleh gaji yang banyak."
Saya: "Mmh ... begitu ya. Kalau saya sekarang mungkin udah berubah haluan, menikah dulu, baru lanjut pendidikan S2."
Teman: "Ya iyalah ... kamu sudah melewati tahap kuliah dan kerja. Tahap selanjutnya adalah menikah. Kalau saya sekarang kan masih pada tahap kuliah, tahap selanjut saya adalah berkerja dulu. Setiap orang kan melewati tahap masing-masing."
Saya: "Benar, tahap itu kita yang ciptakan. Pada akhirnya kita akan mencapai tujuan yang sama."

Senin, 18 September 2017

#Tantangan 40 Hari Menikah

#Tantangan 40 Hari Tanpa Komunikasi, 40 Hari Istiqomah Dhuha, dan 40 Hari Istiqomah Tahajud

Bagaimana tantangan 40 hari itu? Sedikit yang sudah saya jelaskan di judul, bahwa 40 hari ini saya akan mencoba istiqomah untuk melaksanakan hal-hal di atas. Saya sedang mengistikharahkan seseorang, jadi saya ingin mendapat jawaban yang tepat dalam 40 hari ini.

Saya selalu bertanya kepada Allah, bagaimana menetapkan hati pada satu pilihan. Jujur, saat ini saya masih bertanya-tanya dan belum mendapatkan jawabannya. "Bagaimana kita yakin akan seseorang yang padanya akan kita serahkan masa depan kita, masa depan dalam arti luas, cita-cita kita, impian kita, dan segala tujuan hidup kita."

Saya sudah menangkap signal pertama yaitu, saya harus pulang ke Padang. Lalu bagaimana? Apakah saya akan menemukan signal kedua nanti di Padang? Kita lihat saja....

Kamis, 14 September 2017

Ya Allah Semoga Miss Nelvi Cepat Menikah dan Punya Dedek Bayi

Ada yang tertarik dengan judul ini? Ada yang aneh? Ada yang penasaran? Ya ... saya memberi judul ini bukan tanpa alasan. Ini adalah doa yang selalu dilantunkan puluhan anak murid saya setiap hari usai sholat dzuhur berjama'ah di kelas. Kebayang kan gimana kekuatan doa ini. 

Mari kita telisik, 22 orang anak rata-rata mendoakan setiap hari, 5 hari dalam seminggu, brarti 440 doa dalam sebulan, kurang lebih 5280 doa dalam setahun. Amazing! Mari kita buktikan, kekuatannya ....

*saya akan sambung post ini nanti, sekarang waktunya saya undur diri dulu.

Rabu, 13 September 2017

Sebaik-baik Tempat Curhat Adalah Allah

Astaghfirullah al'adzim ...
Astaghfirullah al'adzim ...
Astaghfirullah al'adzim ...

Kita tidak bisa meng-keep mulut orang lain untuk tidak bercerita tentang kita. Ketika kita bercerita yang diharapkan adalah solusi bukan rasa kasihan, kita tidak bisa mengatur semua itu. Sebaik-baik  tempat curhat adalah Allah.


Minggu, 10 September 2017

Transportasi Menuju The Lodge Maribaya dan Taman Begonia Bandung

Yeayyyyy .... berhubung kemaren saya traveling, jadi saya absen dulu untuk menulis post tentang 'pedagogik' ya. Sebagai gantinya, saya post deh tentang traveling saya, mulai dari tempat wisatanya, jenis wahananya, dan terutama transportasinya.

Mau kemana kita? Ya ... THE LODGE MARIBAYA dan TAMAN BEGONIA. You know this place? Ini adalah tempat wisata yang cukup terkenal di kota Bandung. Wisata alam gitu ... bagi kamu pecinta wisata alam seperti saya, inilah tempatnya. Stress dengan pekerjaan kantor yang menumpuk atau dengan segala kesibukan dan rutinitas kamu, itu tandanya kamu butuh refreshing, lari aja ke tempat ini. Saya dan teman pun kemaren begitu.

Jadi agenda ke tempat ini tidak direncanakan, tiba-iba keingat begitu saja. Teman saya nyeletuk, "Stres nih, pengen teriak!"
"Cari tempat wisata alam, dong!"
"Ke Lembang, yuk!"
"Hayuk ... aku juga udah lama pengen ke sana. Kemana kita?"
"Taman Begonia?"
"Boleh-boleh ...."

Besoknya, langsung cuss lah kita. Saya sarankan, untuk traveling ... mending berangkat pagi-pagi, darimana pun Anda berangkat, mau dari luar kota atau dalam kota. Kalau saya masih dalam kota sih ... masih dekat Lembang. Saya dari Mandalajati, Bandung. Kemaren butuh waktu sejaman menuju lokasi, no macet!

Mau tau transportasi / rute jalan kita ke sana? Yuk, mari kepo! Kalau naik trsansportasi umum dari tempat saya, Bandung Timur ke Bandung Utara, itu bisa 4 - 5 x gonta-ganti angkot/ ojek, sambung-menyambung. Dana yang dihabiskan sekitar 23 ribuan. Lumayan murah, sih ... tapi itu lama banget perjalanannya. Kamu bisa menghabiskan waktu 2-3 jaman.

Alternatif lain apa? Transportasi online! Di sini kita pilih g**be. Cukup murah memang. Mandalaji-Taman Begonia hanya Rp 55.000,- menggunakan mobil. Diskon Rp 7.000,- , jadinya Rp 48.000,- , karena kita berdua, jadi ongkosnya dibagi dua, jadi Rp 24.000,-/ orang. Cukup hemat kan. Berempat tentu lebih hemat lagi. Ini kita tinggal duduk tenang aja lo, langsung diantarkan sampai lokasi,  tanpa capek naik turun transportasi umum.

Rute yan ditempuh , lewat jalan mana? Kemaren drivernya dari Mandalajati terus ke arah terminal Cicaheum, masuk lewat jalan Dago, jadi rasanya cukup cepat. Kalau naik transportasi umum, kamu harus mutar dulu ke Ledeng. Dari terminal Ledeng baru naik angkot ke sana! No, recomended! Sangat lama, kecuali kalau kamu bernagkat dari UPI.

Nyampe di Begonia ternyata masih pagi, padahal kita berangkat dari kosan udah jam 8nan. Memang kalau ke taman enaknya sih pagi-pagi atau sore, biar panasnya gak terlalu menyengat. Tapi ada baiknya menurut saya, ke The Lodge dulu, baru Taman Begonia, kalau kamu berniat mengunjungi dua tempat itu. Kalau kita kenapa ke Begonia dulu? karena kita teringat ke The Lodge setelah di Begonia. Haha.

Lalu ngapain kita di Begonia? Yang namanya taman/ kebun, ya kamu lihat-lihat bungalah! Banyak spot untuk foto yang menarik gitu. Cuma ya taman kecil, gak terlalu luas seperti ekspektasi saya. Katanya di taman ini ada bunga yang bisa dimakan! Nama bunganya apa? Sorry, saya gak bakalan ngasih tau lah, ntar pengunjung yang baca blog ini pada metikin tu bunga. Hehe, suudzon! *piss ....

Tiket masuk taman Rp 15.000,-/ orang. Gak boleh bawa kamera, kecuali kamera di hp. Di loket pembelian tiket masuk ada penyewaan DSLR, Rp 50.000,- sepuasnya kayaknya. Ada juga paket foto prewed, Rp 250.000/ 2 jam. Hayooo ... bagi kamu yang mau prewed atau postwed di sini. Tapi kata saya mending nyewa DSLR aja kalau kamu ahli fotografi.

Di taman ini kamu juga bisa naik kuda, tapi bukan kuda seperti di bawah ini ya. :D Kuda benaran yang saya maksud.







Oh iya, ingat ... masuk ke taman ini gak boleh bawa makanan/ minuman dari luar. Jika kamu ketahuan makan dan minum dari luar di dalam taman, dikenakan denda Rp 250.000,-. Semua area di taman ini dilengkapi dengan CCTV.

Tapi sayangnya, toilet di dalam taman ini bayar lagi, padahal tiket masuknya udah bayar. :( Eitsss ... hati-hati ya bagi kamu yang mau keluar, pintu masuk dan pintu keluar beda. Pintu keluar satu arah, jika udah keluar, gak bisa masuk lagi. Jangan sampai terkecoh kayak kita, yang niatnya mau ke musholla, jadi keluar. Hehe ... mushollahnya ada di depan pintu keluar taman.

Udah dulu ya, untuk Taman Begonianya. Dari taman, kemaa kita? The Lodgeee ...! Naik apa ke sana? naik g**be lagi. Cuma kali ini g**be motor bukan mobil, karena mobil cukup mahal, Rp 50.000an, sementara motor cuma Rp 14.000,-.Tempatnya dekat kok dari Taman Begonia, ke bawah lagi jalannya, sebelum taman Begonia kalau dari Dago ya. Perjalanannya kira-kira 15 menit kemaren dari taman ke The Lodge. Tapi ya gitu, akses jalannya cukup menantang, turunan, tanjakkan, dan berkelak-kelok. Ada baiknya pakai motor sih menurut saya, untuk menghindari macet. Karena kondisi jalannya belum terlalu bagus. Kemaren masih ada perbaikan jalan di kiri dan kanan jalan. Jadi kadang jalur dibuka satu arah.

Kita ke The Lodge abis dzuhurnya. Sebelum ke sana kita dapat info, katanya antri untuk naik wahana di The Lodge sangat lama, bisa 3 jaman. Heloo ... agak panik lo kita, gimana kalau gak dapat antrian dan gak dapat g**be karena kesorean. Tapi itu semu, no! Pelajaran saat traveling, jangan percaya informasi dari sembarang orang.

Jadi antri untuk naik satu wahana di The Lodge kemaren cuma sekitar 20 menit, itu untuk wahana yang sangat diminati. Tiga jam itu udah bisa naik beberapa wahana dan puas keliling/ mutar-mutar di The Lodge. Dan jalan kaki dari tempat parkir ke pintu gerbang masuk itu gak jauh kok. Gak seperti info yang kita dapatkan, yang katanya sangat jauh.

Jadi The Lodge itu tempat apa? Ya, tempat foto-foto aja dari ketinggian, simplenya dari saya begitu sih. Cuz kita naik wahana hanya difoto. Pikiran saya waktu itu, ketika melihat foto-foto teman-teman di sosmed, kita bisa menikmati wahana yang kita naiki kayak di dufan gitu. Wahananya benaran jalan, misalnya kalau foto di balon udara, saya pikir balon udaranya benaran terbang. Ternyata, no! Kalau saya naik ayunan seperti di bawah ini, jangan bayangkan saya juga main ayunan di angkasa. :D Ayunan atau Mountain Swing ini digerakkan oleh alat yang diawasi petugas. Hanya sekali gerakan untuk difoto dengan berbagai gaya. Jadi kamu tidak bisa berayun-ayun seperti main ayunan pada umunya. Jadi kebongkar ya, rahasianya. Hehe



Lalu ada wahana apa lagi di The Lodge selain balon udara dan mountain swing, ada sky bike, bersepeda di angkasa. Tapi saya gak sempat naik wahana ini. Dan masih banyak wahana lainnya. Pengen dicobain deh semuanya, rasanya. Tapi setiap naik wahana bayar Rp 20.000,- , cukup menguras kantong.

Peraturannya sama, masuk ke The Lodge kamu gak bisa bawa makanan dan minuman dari luar ya. Karena ada penjual makanan di dalam. Dan saat beli tiket masuk juga sudah dikasih voucher minuman sekaligus yang bisa ditukarkan saat antri minta file foto. Harga tiket masuknya Rp 25.000,-/ orang untuk weekend dan Rp 20.000,- orang untuk weekend.

Di The Lodge untuk foto kamu yang dijepret sama fotografer saat naik wahana gak bisa dicetak ya, kamu hanya bisa dapat filenya aja dnegan harga Rp 10.000,-/ 1 file fotonya. Kalau dicetak, antriannya bisa sampai Dago kata petugasnya. Puanjaaaaang bok, haha. Foto ini dikirim ke hp kamu melalui aplikasi share it atau USB. Dan pengambilannya di pintu keluar, setelah kamu puas naik semua wahana.

Itu aja deh informasinya, kayaknya cukup. Transportasi pulangnya naik g**be lagi aja. Insha Allah mudah kok dapatnya, karena ada driver yang abis nganterin pengunjung, pulangnya bawa kita. Ongkosnya lebih murah malah, yang tadi brangkat 50 ribuan, sekarang pulang hanya Rp 36.000,-. ;)

Selamat berweekend ria ...!

Semoga bermanfaat.

Selasa, 05 September 2017

Apapun sekolahnya, yang penting Orangtuanya.


Oleh : Hilmi Firdausi

Senin kemarin, timeline medsos ramai sekali dengan postingan Mahmud dan Pahmud, baik yang Mahmud Pahmud ABAS (Anak Baru Satu) atau ABUBA (Anak Buanyak Banget) 😁. Sekedar lucu-lucuan sih no problemo, apalagi kalau sekolahnya "high class", "sekolah elit", "sekolah bonafit", "sekolah unggulan", ada perasaan bangga (semoga tidak bercampur ujub) pada saat mengantar anak-anaknya ke Sekolah tersebut.
Namun ada satu hal yang patut diingat dear mommies & daddies... Sebagus atau semahal apapun sekolah anak-anak kita, sama sekali bukan jaminan untuk menghasilkan anak yang sholih dan sholihah, anak yang berakhlaqul karimah. Saya berkata ini karena sudah hampir 15 tahun mengelola lembaga pendidikan, berinteraksi dengan banyak stakeholder pendidikan, bergaul dengan berbagai kalangan dari dunia pendidikan...sehingga bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa sekolah terbaik adalah Keluarga, terutama untuk anak-anak sampai dengan usia SD.
Adalah sebuah kemustahilan jika kita mengharapkan anak-anak kita berakhlaq baik sedangkan di rumah orangtuanya sering bertengkar, sering marah-marah, sering berkata kasar...juga menjadi Mission (almost) Impossible jika mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yang taqwa, rajin sholat (berjamaah di Masjid bagi yang pria), mampu menghafal Qur'an dengan baik, semangat dalam menuntut ilmu terutama Ilmu Agama jika orangtuanya cuek terhadap agama. Ayahnya malas sholat berjamaah di Masjid, Bunda juga seringkali sholat tidak di awal waktu. Ayah Bunda malas menuntut Ilmu Agama, menghadiri
Kajian-kajian keislaman, jarang berinteraksi dengan Al-Qur'an, dsb dsb.
Perlu sahabat semua ketahui, panutan anak-anak adalah orangtuanya, bukan gurunya. Sebagian anak-anak bahkan bercita-cita ingin seperti orangtuanya. Ayah bagi seorang anak laki-laki adalah role model, sedang bagi anak perempuan Ayah adalah "first love" mereka. Bunda...terlebih seorang Bunda, baik anak laki-laki dan perempuan banyak yang menjadikan sosok bundanya sebagai "malaikat pelindung".
Satu rahasia kecil, para ulama dan orang bijak terdahulu jika mendapati anaknya berbuat kurang baik, berkata tidak jujur, sulit diatur...maka mereka pertama akan menyalahkan diri mereka sendiri, bahkan menghukum diri mereka sendiri...kenapa anak-anak saya bisa seperti ini ? Apakah saya telah berbuat dosa ? Apakah ada makanan haram yang saya berikan untuk anak-anak saya ? Itulah sejatinya orangtua yang baik. Setiap ada kejadian yang kurang mengenakkan tentang buah hati, mereka langsung bermuhasabah, bukan menyalahkan si anak, bukan menyalahkan orang lain, bukan mengkambinghitamkan sekolah dan lingkungan, walau secara keseluruhan ada juga faktor-faktor pemicu kenakalan anak-anak kita, namun faktor terbesar adalah kelalaian orangtuanya.
Jadi, memang baik mencari Sekolah yang terbaik untuk buah hati kita, namun lebih dari itu semua...mari kita sebagai orangtua belajar menjadi guru kehidupan buat anak-anak kita. Guru yang akan terus dikenang "baik dan buruknya" oleh anak-anak kita. Guru yang tidak hanya mengantarkan anak-anak ke gerbang wisuda, tapi lebih jauh mengantarkan mereka masuk ke gerbang Surga.
Yuuk...sahabat semua, kita berdoa untuk kebaikan anak-anak kita, dan kita juga terus bermohon agar Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi orangtua yang baik, yang menjadi uswatun hasanah buat putra-putri kita, investasi dunia akhirat kita.
Semoga bermanfaat...

Senin, 04 September 2017

#Catatan Hati Guru #7:Anak Itu Melihat Malaikat Ketika Sholawat Bersama--sama di Kelas

Ini kisah nyata dari partner saya. Saya tidak tahu persis kejadiannya kapan, saya juga baru mendengar certa beliau tadi, saat beliau memotivasi anak murid. Saya kaget terkesima mendengarnya, tidak menyangka bahwa hal itu benar-benar ada.

***

Suasana siang itu cukup terik. Dan kelas ini cukup terang karena dikelilingi banyak kaca. Ini adalah kelas satu SD, atau kami biasa menyebutnya dengan level 1. Tak banyak murid di kelas ini, hanya sekitar dua puluhan orang. Kebiasaan anak-anak di kelas ini adalah bersholawat sebelum sholat dzuhur berjama'ah sambil menunggu yang lain selesai berwudhu.

Siang itu, seperti biasa, anak-anak satu-persatu masuk kelas setelah berwudhu. Mereka langsung menggelar sajadah dan duduk bershalawatan, yang baru datang menyesuaikan membentuk beberapa shaf. Alunan sholawat semakin lama semakin lantang, seiring dengan banyaknya anak yang datang. 

Tiba-tiba seorang anak perempuan dari shaf belakang berdiri menghampiriku, "Miss ... Miss ...." Katanya seraya memelukku. Wajahnya tampak ketakutan. Ku tanya, "Ada apa?" dengan suara lembut. "Miss ... mataku aku silau Miss, di ruangan ini banyak sekali cahaya. Cahayanya putih berkilau Miss."
"Dimana?"
"Di situ, di situ, dan di situ Miss." Ia menunjuk hampir seluruh ruangan.
"Apa kamu melihat ada sosok yang datang?"
Aku langsung bertanya seperti ini, karena beberapa waktu yang lalu Ibunya pernah bercerita bahwa anaknya 'spesial'nya. Anaknya mampu melihat hal-hal gaib yang orang awam tidak bisa lihat. Bisa dikatakan anak ini 'indigo'. Hampir seluruh keluarga mampu melihat hal-hal gaib ini. Jadi Ibu itu berpesan, kalau anaknya bercerita yang aneh-aneh ... tolong didengarkan.
"Tidak, Miss." Jawab anak itu kemudian.
"Kalau begitu tidak usah takut." Pintaku menenangkan.
Seketik aku teringat suatu hadist.

"Hadist Yang diriwayatkan oleh Muslim.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم خُلِقَتِ المَلٰئِكَةُ مِنْ نُوْرِ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجِ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ اٰدَمَ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Artinya: “Dari Aisyah berkata: Rasulullah saw bersabda,”Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala dan Adam diciptakan dari Sesutu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk kalian.”

Ilustrasi: Google






Wallahu'alam ... Semoga kita dapat mengambil ibroh dari tulisan ini.
 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design