Senin, 31 Desember 2018

Sifat Hiegin Ku Berlebihan Gak Sih?

Ada salah satu kebiasaan saya, entah jelek atau bagus ... yang jelas mungkin menyebalkan buat sebagian orang. Haha. Begini, kalau di rumah ... saya itu suka 'mencuci' piring yang sudah dicuci sebelum makan. Duh ... ini gimana ya kata-katanya membingungkan. :D Jadi, sebelum makan ... piring yang udah jelas-jelas bersih, saya tuangkan air minum sedikit di atasnya, lalu saya kucek-kucek (gak pake tangan yaa, hanya piringnya saja digoyang-goyangkan), airnya saya buang lalu baru  saya isi nasi.

dok.pri.
Entah kenapa ... dalam pikiran saya, walaupun piringnya udah dicuci bersih, tetap aja ada debu yang menempel di atasnya karena piring itu didiamkan di rak/ tempat menyimpan piring lainnya. Karena itu saya selalu mencuci ulang dengan menuangkan air minum sedikit. Tapi ini hanya di rumah sendiri lo ya ... di rumah orang atau makan di tempat  umum gak mungkinlah. Nanti saya malah ditertawakan atau dikatain rempong banget! :D

Kamar [Saya]

Kamar [perempuan] itu menggambarkan kepribadiannya lo, kata salah seorang senior waktu itu.

Benar juga sih, kamar bisa menjadi salah satu tolak ukur kepribadian seseorang, setidaknya kebersihan dan kerapiannya.Tapi pandangan setiap orang berbeda-beda. Lain lagi menurut teman satu bimbel saya, katanya, "Menurut kakak saya kamar kos itu gak harus bersih." Loh, kenapa?

Jadi waktu itu saya diajak main ke kosan kakaknya, lalu ... Masya Allah, kamarnya berantakan banget. Rambut rontok berserakan dimana-mana, perabotannya jangan ditanya, seadanya. Kasur gulung di salah satu sudut ruangan, di sudut lainnya tumpukan  piring kotor. Debu, entah sudah berapa hari tidak disapu. Membaca keheranan saya, lalu ...

"Kamar kosnya berantakan ya? Di sini sekamar bertiga. Menurut kakak saya, kamar kos itu gak harus rapi katanya. Soalnya kakak saya khawatir, kalau kamar terlalu bersih atau rapi ... jadinya betah, gak mau lulus cepat deh. Tapi kalau kamar berantakan, jadinya gak betah di kamar dan pengen cepat-cepat lulus kuliah."

Apa pun itu, itu pendapat dia ... saya hargai walaupun saya gak sependepat. Hehe ... peace. Menurut saya tetap saja, kebersihan itu sebagian dari iman.Tapi saya juga gak mau bilang, kamar saya yang paling bersih. Berikut saya cuma mau nampilin foto-foto kamar saya di asrama selama kuliah. Anggap saja sebagai kenang-kenangan kalau saya pernah menjadi anak asrama.

dok.pri.
Saya sempat beberapa kali ganti posisi ranjang dan lemari, kalau yang ini waktu ranjang persis di sebelah jendela. Seru sih karena dapat kamarnya di atas tapi seram juga karena dari jendela kamarnya langsung kelihatan pohon jamblang (tau kan?) yang terkenal horor. Hiii.

dok.pri.
Beruntung banget nih di asrama udah ada lemari sekaligus meja belajar dan ranjang yang ada laci di bawahnya, walaupun gak semua lacinya berfungsi dengan baik. Ups ... jangan salfok sama guling di atas kasur saya yaa. Hehe.

dok.pri.

dok.pri.

dok.pri.

dok.pri.
 Oh ya, ini sebagian buku-buku zaman kuliah. Di lain waktu saya ceritakan ya, tentang koleksi buku-buku saya. :)
dok.pri.

dok.pri.

Catatan Pertama Ketika Saya Berkerudung

Foto: dok.pri


Bukan tidak jarang pertanyaan ini saya dapatkan… “Kau sekarang berkerudung? Sejak kapan kau berkerudung? Kau hebat, mampu istiqomah.” Sungguh, ini bukanlah hal mudah untuk saya takhlukkan. 7 tahun saya mencoba berkerudung-sejak awal masuk SMP-dan selama itu saya tak tersentuh hidayah. Kerudung saya hanya kerudung akademis, yang saya pakai hanya ketika di sekolah. Di luar sekolah, kerudung saya lepas. Memang saya belum memahami betul arti menutup aurat kala itu, yang saya tahu hanya keajiban mentup aurat dari Walikota Padang yang mewajibkan seluruh siswi mulai dari SD hingga SMP untuk menutup auratnya.

Saya tidak tahu persis kapan saya mendapatkan hidayah itu, dan saya tidak tahu apakah itu bisa disebut hidayah atau tidak. Yang jelas… semua mengalir begitu saja.

Semenjak bimbel SNMPTN, saya mencoba istiqomah untuk berkerudung dan memantapkannya saat kuliah di UPI.

Jujur, saat memilih perguruan tinggi dan memilih jurusan, bukanlah perguruan tinggi favorit atau jurusan yang banyak digandrungi yang saya mohonkan pada Allah. Tapi… “Tempatkanlah saya di tempat orang-orang sholeh dan sholehah.” Itulah doa saya kala itu. Tak berlebihan memang, ini adalah bentuk kepasrahan hati saya yang benar-benar pasrah kala itu. Dari 3 PTN yang saya pilih, semuanya berada di luar Provinsi Sumatera Barat, tidak ada satu pun yang di Sumatera Barat. 1 PTN di Bandung, 1 di Palembang, dan 1 lagi di Riau.

Bahkan hingga sekarang saya berniat untuk kuliah S2 di luar negeri, harus saya pertanyakan kembali ke hati saya. Sudah siapkah keimanan saya, di tempat yang suara adzan mungkin jarang terdengar?

Sungguh saya masih belajar, berkerudung bukan berarti membuat saya tak luput dari salah dan dosa. Jika teman-teman menemukan kekurangan dalam diri saya, semuanya tak lebih dari bahwa, saya hanya manusia biasa.


Minggu, 30 Desember 2018

Sahur Pertama di Rantau Orang


Sebentar lagi 2019 ya ...  kalender puasa 2019 sudah bermunculan di sosmed dan aku jadi teringat tentang masa sahur pertama di rantau orang, kebetulan aku lagi buka-buka file di netbook dan menemukan tulisan lama tersebut, sayang kalau gak diposting di sini. :)

***


            Sebenarnya ini bukan masalah cengeng atau tidak, ini masalah kerinduan yang menyeruak di dada. Rindu Ibu; rindu Ayah; rindu kakak perempuanku yang baru menikah; rindu kakak laki-lakiku; rindu dua orang adik laki-lakiku yang selalu bertengkar, padahal umur mereka terpaut jauh; rindu kampung halaman; rindu masakan Ibu; dan rindu semuanya. Pokoknya rindu suasana Ramadhan di rumah! Biasanya setiap sahur aku selalu makan masakan Ibu, tapi sahur kali ini tidak! Sama seperti sahur pertama 1433 H, waktu aku harus regitrasi akademik sebagai mahasiswa baru di Bandung.
            Kini, aku akan menginjak semester lima, sahur pertama bersama keluarga hanya sempat ku rasakan ketika akan menginjak semester tiga, tepatnya Ramadhan kemaren.
            Masalah rindu masih bisa ku atasi! Yang jadi masalah buat ku sekarang adalah kampus sepi. Jika kampus sepi, berarti penjual makanan juga sepi. Lantas aku mau sahur pakai apa?
            Kemaren Malam, ba’da Isya, aku dan dua orang sahabatku dari Padang memutuskan mencari makanan buat sahur di luar. Aku yang sudah tahu kondisi di sini, tak banyak berharap. Aku sudah bisa menebak, malam ini kita akan sahur dengan sesuatu yang paling enak di dunia.
            Zur dan Arini, dua orang orang sahabatku, hanya bisa melongo melihat warung-warung di depan kampus yang menutup diri. Deg! Aku tidak ambil pusing, aku mengajak mereka untuk berjalan sampai ke simpang lima yang tidak jauh dari kampus, biasanya di situ ramai dan banyak yang menjual makanan.
            Benar saja, masih ada yang jualan tahu bulat, piscok, bakso, dan gorengan. Tapi ini makanan ringan semua! Aku lalu memutuskan untuk ke mini market saja, membeli makanan yang paling enak sedunia, mie instan! Dan pulang.
            Tiba-tiba Zur berhenti di depan kafe yang menjual fried chicken, sepertinya kafe itu baru.
            “Aku mau beli ayam goreng aja deh!”
            “Tapi dapat gak ya lima ribu…?” Zur melirik selembar uang lima ribu rupiah yang ada di tangannya.
            “Udah, tanyain dulu sana!” Saran ku.
            “Tapi kalau gak dapat, nanti aku malu Vi….”
            “Mahasiswa gak boleh malu!” Aku tetap berdiri menunggu reaksi Zur.
            Zur hanya cengengesan melihatku, akhirnya dia bilang….
            “Gak jadi deh, kita pulang aja!” Zur menarik tangan ku.
            “Yah… sahur pakai mie deh!” Celoteh Arini dari belakang.
            “Udah… gak pa pa, yang penting masih diberi rezki oleh Allah.” Aku tersenyum merangkul kedua sahabat ku. Inilah bagian dari masa-masa perjuangan yang indah yang kami rasakan.
            Aku tetap bersyukur, Allah masih memberiku kesempatan bertemu dengan Ramadhan tahun ini. Sungguh, ini nikmat yang luar biasa.

Serang, 29 Juni 2014

Jumat, 28 Desember 2018

Kamis, 27 Desember 2018

Selasa, 25 Desember 2018

Koleksi Kartu Perpustakaan Daerah

Kartu Perpustakaan Jabar (dok.pri)

Kartu Perpustakaan Banten (dok.pri)

Sebenarnya ini belum pantas disebut koleki karena baru ada dua kartu perpustakaan daerah (Banten dan Bandung) tapi saya punya niat untuk mengoleksi. Seharusnya tiga, satu lagi Pusnas (Jakarta), hanya saja saya tidak punya wujud kartunya karena saya mendaftar online, jadi hanya no IDnya saja. Tapi Padang (sebagai kota kelahiran ku sendiri) belum punya, he. 

Punya ketiganya tanpa kesengajaan. Punya ID anggota pusnas dan kartu perpustakaan Banten karena dulu memang butuh waktu skripsi. Kalau Bandung punya karena pertama kali ke perpustakaan Jabar langsung ditawari untuk bikin. Korek-korek dompet, untung selalu sedia fotocopy  KTP  dan foto 3 x 4, jadi bisa langsung daftar dan langsung jadi kartunya. Walaupun kartu anggota perpusipda Jabar belum tentu maksimal kebermanfaatannya nanti.

Jadi sarannya, selalu sedia fotokopi dan foto 3 x 4 di dompet mu, mana tau kamu membutuhkannya sewaktu-waktu.

Bandung, 11 November 2017

Be Ready for 'Pekan Prestasi'



Umumnya orang menyebut Ujian Akhir Semester (UAS), kami menyebutnya 'Pekan Prestasi'. Kenapa pekan prestasi? Untuk menghilangkan 'momok menakutkan' bagi anak yang bernama 'ujian'. 

Lalu apa bdanya jika namanya saja diganti, tapi sistemnya tetap sama? Tidak. Sistemnya juga berbeda. Kami membuatnya dalam bentuk pos-pos yang tediri dari pos games (unjuk kerja) dan paper and pencil (tulisan). Kmau bayangkan sepertipengkaderan pada organisasi, anak-anak berlari dengan lincah! Seperti permainan bukan? Bukan ujian!

Bandung, 23 November 2017

Siapa Bilang Jurusan Kuliah Harus Sesuai Passion (?)



Selepas SMA bingung mau melanjutkan kemana, guru SMA menyarankan masuk jurusan sastra atau ilmu komunikasi karena melihatku yanghobi menulis. Tidak, kalau aku ambil jurusan tersebut, skill ku hanya satu walaupun itu passion ku. Aku mau ambil jurusan lain (pendidikan) agar aku bisa menambah skill menjadi 'guru yang menulis', begitu aku menyebutnya. Menulis apa saja, terutama yang berhubungan dengan pendidikan. 

Kini setelah menjadi guru, akutetap menjaga passion ku dengan cara memanfaatkan waktu luang. Biasanya di jam istirahat murid-murid di sekolah, aku sempatkan membaca buku. Beruntung di sekolah ku menyediakan jam khusus literasi, sehingga aku bisa membaca bersama anak-ana setiap hari dan akhir pekan aku usahakan ke toko buku atau perpustakan, tidak selalu sih ... tapi sering.

Setelah pulang sekolah, sebelum tidur,aku usahakan menulis. Terkadang aku mencoba mengikuti loba-lomba menulis yang berseliweran di dunia maya. Lumayan hadiahnya, haha, enggak deh, lumayan mengasah kemampuan.

Harapan ku ke depan simple, aku ingin bersumbangsih memperkaya khazanah perbukuan Indonesia terutama di bidang pendidikan. Tetap bersinergi (literasi-pendidikan). So, siapa bilang jurusan kuliah itu harus sesuai passion (?)

Bandung, 5 Novmber 2017

Basobok Jo Urang Minang, Dunia Raso Punyo Awak

Tadi kan awak pai balanjo ka pasa 'Gede Bage', kalau bahaso Minang e 'Gadang Bage'. :D Lai tau sanak ndak, itu pusat tampk manjua barang seken nan paling gadang di kota Bandung, urang biaso e manyabuik 'Cimal'--kepanjangan eCibadak Mall karano pasa ko dulu adoh e di jalan Cibadak. Tu sajak tahun 2000 pasa ko dipindahan ka Gede Bage.

Ado urusan apo yo awak ka pasa ko? pasti sanak lah bisa manakok, kalau awak ka pasa ko nio mambali barang-barang dengan harago miriang. Ndak urang e nan miriang doh yo. :D Jadi ndak sanak ... di pasa ko banyak barang-barang impor nan di jua murah, walaupun alah seken atau alah bekas tapi barangnyo masih rancak. Tu ... barang-barang bal nan di pasa Padang tu , di siko bali e ko.

Ha ... nan ambo tadi nio mambali koper di siko, koper e baru. Jan salah sanak, ndak seluruh nan dijua di siko seken doh yo. Kadai tampek awak mambali koper tadi nan punyo urang Minang kiro e. Tu awak ajak se nyo lai bahaso Minang, nyo lah takok dek wak dari logat e. Takanai murah Uda tu, nyo hagoan e kopernyo ampek ratuih (400), duo ratuih (200) lah cek wak. Awak samo awak ko dek a lo nyeh, kan iko lo ko a. :D Nyo dikicek an e tingga nyo di Tabing dakek rumah awak, tantulah iyo,kanai dando e.

Sudah tu ndak ... wak ka bali samba di rumah makan Padang tapi wak ragu ... bali e dakek kosan atau di siko c yo kicek wak. Di siko c lah ... samba ibuak tadi lamak bantuak e. Tu wak balilah ... hari lah sanjo, ambiak se lah gula sampadeh duo puluah (20) lei kiceknyo. Lauak e tingga duo saiak lei, ikua jo kapalo. Yo lah ... cek wak, bia dapek lo ntuak bisuak. Kiro e ditambah e lo samo samba lado hijau kinco jo  jariang, diagih e lo taruang balado ampek (4) saik. Gratis kicek e. Rasaki anak sholeh(ah). Yo lahelok ibuak ko mah, batarimo kasiah banyak wak, mudah-mudahan lancar rasaki ibuak tu.

Alah ... mode itu se nyo, jadi wak balanjo di Banduang tapi raso di pasa Padang raso e. Nan basobok urang Minang se taruih. Dunia ko nan sampiak atau urang Minang ko nan mamanuhan nagari. Haha.


Foto: dok.pri
















Bandung, September 2017

Senin, 24 Desember 2018

Tentang Seorang Ayah Yang Merelakan Anak Satu-Satunya Menjadi Bagian dari Badan Intelejen Negara (BIN)

Jam menunjukkan pukul 07.29 WIB, telat 10 menit dari waktu yang tertera di tiket. Aku turun dari kereta melewati seorang bapak yang menawarkan jasanya kepada ku, aku menggeleng. Lalu ku keluarkan ponsel dan mengetik, "Bapak dimana?" Sent. Pesan terkirim. Ada telfon masuk setelah itu, ternyata bapak driver yang telah aku abaikan tadi menelfon. Dia adalah driver yang akan menjemput ku. Dia mengantarku dengan ramah menuju mobilnya bersama tiga orang penumpang lainnya.

Aku tidak akan menceritakan bagaimana perjalanan atau pengalaman ku di Pare karena menurutku hampir setiap orang pernah merasakannya, tapi yang ingin aku ceritakan adalah kisah sederhana yang sangat bermakna menurut ku.Tentang keihklasan hati seorang ayah, tentang kekhawatiran seorang ayah yang berusaha disembunyikan, sama seperti ayah ku mungkin. Dari bapak driver ini aku belajar, bagaimana memahami hati seorang Ayah.

Di sepanjang perjalanan bapak itu banyak bercerita, soal Pare awalnya. Kenapa sekarang di setiap lembaga menyediakan jasa jemputan, padahal sebelumnya siswa-siswa bisa menggunakan angkot. Kata si bapak, memang diminta oleh pemerintah setempat untuk menggunakan jasa jemputan selain angkot, agar membangun image yang lebih elitt, maybe ... begitu aku membahasakannya karena setiap driver diminta mengupgrade kendaraannya agar lebih baru dan lebih nyaman tentunya. Mahasiswa sering menggunakan jasa ini katanya.

Obrolan berlanjut hingga pada topik keluarga, si bapak menceritakan tantang anaknya. Anak satu-satunya yang rela ia lepas untuk negara!

"Anak saya masih kuliah, anak satu-satunya, tingkat tiga. Satu tahun lagi mungkin tamat. Ikatan dinas."

"Apa Pak (kampusnya)?"

"Ia nanti akan menjadi bagian dari BIN setelah lulus. Saya sangat jarang ketemu anak saya karena pendidikannya sangat disiplin, kemauan dia sendiri, setelah lulus SMA, ikut tes dan lulus mengalahkan ribuan peserta."

"Seperti Gayatri Walisa (almh) ya, Pak?"

"Iya, tapi itu Gayatri bukan melalu pendidikan tapi melalui perekrutan karena ia berprestasi, menguasai banyak bahasa. Namun ia gak diakui BIN."

"Kenapa, Pak?"

"Kan memang seperti itu BIN, 'meninggal dianggap tiada dan hilang gak dicari'."

"Luar biasa Bapak (melepas anak satu-satunya dengan kosekuensi seperti itu) ...."

"Ya, saya hanya bisa kuatkan anak saya. 'Lebih baik kamu diurus negara daripada kamu jadi preman di jalanan. Setiap pekerjaan memang ada resikonya, termasuk Bapak juga sebagai driver'. Paling gimana pintarnya saya mengatur hati. Yang paling sedih itu ibunya, sebulan nangis terus dan jarang makan melepas anaknya untuk pendidikan."

"Itu ada kontrak (mati)nya ya, Pak?"

"Iya, orang tua menandatangani kontrak bahwa ia telah menyerahkan anaknya ke negara dan kalau mengundurkan diri di tengah-tengah pendidikan, denda 2 milyar (rupiah). Bahkan nama asli pun jangan sampai diketahui orang, anak saya keluar tidak pernah menggunakan nama aslinya. Kalau ketahuan ya ... ada konsekuensinya."

















Pare, 19 Desember 2017

Sajak Untuk Ayah

Ku pikir dengan berada di dekat mu Ayah, hubungan kita semakin membaik. Tapi nyatanya romantisme Ayah dan Anak itu ada pada jarak. Dekat membuat kita saling diam, engkau tak dapat memahami maksud ku dan aku tak dapat meyakinkan mu. Tapi Ayah ... aku tetap berharap, suatu hari nanti aku tidak akan menyesal karena sudah berusaha di dekatmu dan aku yakin, engkau jua memahami bahwa aku, anakmu, ibarat anak panah yang siap kau lepaskan pada masanya.

Diam mungkin caramu menunjukkan cinta Ayah, aku tau betapa khawatirnya engkau saat mendapatiku tiba-tiba tumbang di suatu pagi dalam keadaan pucat pasi dan keringat dingin mengalir di badan. Saat itu kau mungkin berpikir ingin menggantikan nyawa ku dengan nyawa mu.

Aku tidak pernah menangis di depan mu Ayah, tidak pernah semenjak SMP tetapi bukan berarti aku tidak pernah menangis. Aku menangis Ayah, aku menangis saat mendengarmu terserang diabet tapi aku menangis dalam tahajud ku.

Maaf Ayah, kali ini aku lemah.

























Padang, 22 Februari 2018

Bukber

Bukber itu ...
Selalu dijadikan alasan untuk menjalin silaturahmi, padahal ...
Bukber itu ...
tentang makanan yang bersisa di atas piring-piring.
Bukber itu ...
Tentang susahnya mencari tempat sholat magrib.
Bukber itu ...
Tenang terlambatnya sholat tarawih.
Bukber itu ...
Tentang canda-candaan dengan non mahram yang menimbulkan hubungan baru dan meretakkan hubungan lama.
Bukber itu ...
Tentang pola pikir yang tak lagi sama tapi harus disamakan.
Itulah alasan kenpa kita harus pintar-pintar memilih bukber mana yang harus diikuti, mana yang enggak.

Foto: dok.pri



















Padang, 2 Juni 2018

Minggu, 02 Desember 2018

Serba-Serbi Cara Membuat Media Pembelajaran yang Menarik

Pertama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Guru di tahun 2018 ini untuk guru-guru di seluruh Indonesia, terutama guru-guru saya semasa saya sekolah dan tentunya untuk saya sendiri (yang tidak menyangka) sudah menjadi guru.

Hari Guru Nasional 2018 ini mengingatkan saya pada peringatan hari guru 2017 lalu dimana saat itu saya dan salah seorang rekan guru berkesempatan mengikuti Lomba Cipta Media Pembelajaran Board Game yang dihelat oleh Komunitas Media Pembelajaran (Komed). Acara ini merupakan rangkaian kegiatan hari guru nasional yang diadakan oleh Dompet Dhuafa Jawa Barat.

Teknis lomba, kita diminta membuat media pembelajaran board game di tempat dalam waktu yang sudah ditentukan.  Adapun media pembelajaran board game yang saya dan tim cipatakan dalam lomba ini adalah 'Hungry Crocodile.'

Hungry Crocodile
Hungry Crocodile ini adalah nama media pembelajarannya. Media pembelajaran ini digunakan pada mata pelajaran Matematika, materi 'Perbandingan' kelas 1 SD dengan indikator membandingkan banyak benda. 

doc.pri

Mulut buaya yang menganga pada media pembelajaran ini ibaratnya adalah lambang < (kecil) atau > (besar) pada matematika. Sambil bercerita anak akan diminta untuk menggerakkan buaya ke ikan yang jumlahnya lebih banyak. 

Pada lomba tersebut, Hungry Crocrodile belum berkesemoatan menjadi juara. Ternyata ada beberapa kekurangan dari media pembelajaran yang dibuat oleh peserta menurut dewan juri, sehingga di akhir lomba dewan juri memberikan beberapa tips dalam menciptakan media pembelajaran board game, yaitu:
1. Tantangan dalam game harus disesuaikan dengan sasaran (peserta didik, SD, SMP, atau SMA).
2. Fokus pada materi pembelajaran.
3. Board game harus berukuran besar sehingga bisa dimainkan oleh banyak orang.
3. Nama board game harus menarik dan ada korelasi dengan materi.
4. Board game harus tahan sehingga bisa dipakai berkali-kali.
5. Media pembelajaran board game sebagai alat, tidak hanya sekedar alat evaluasi untuk tanya jawab, jadi harus ada permainan yang dimainkan di dalamnya.

Begitulah beberapa tips yang teman-teman dapat aplikasikan dalam pembuatan media pembelajaran board game. Berikut saya lampirkan beberapa foto media pembelajaran dari peserta lain.

doc.pri

doc.pri

doc.pri

doc.pri

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design