Senin, 14 April 2014

UN: Surat yang Tak [Akan] Pernah Sampai

14-04-2014
Ayah, hari ini tanggal yang cantik bukan? 
apa yang kau ingat tentang tanggal ini Ayah?
panen padi atau...
Ujian Nasional (2014) yang tak [pernah] aku rasakan. :'(


Ayah, seandainya kau tahu,
bukan Hp baru yang dibutuhkan adik
melainkan pendidikan jauh lebih penting baginya.

Jika bicara soal uang,
mungkin tiga ratus ribu sudah cukup untuk uang jajannya selama 150 hari di sekolah.
Beratkah bagimu Ayah, mengeluarkan uang dua ribu sehari untuk pendidikan yang gratis?
aku tahu, sesungguhnya rasa ikhlasmulah yang lebih berat.
Seberat apakah? seberat gunung?
mari aku bantu mengangkatnya.

Jika adikku masih sekolah Ayah, pasti ia sudah bertempur hari ini menghadapi UN.
Tapi mengapa Ayah, kau begitu egois?
apakah adikku tidak pantas mengecup pendidikan tinggi?
aku malu Ayah, aku malu adikku SMA saja tak tamat.

Mau jadi apa ia Ayah? cukupkah ia menjadi tukang ojekmu setiap hari?
lalu... setelah itu, apa yang harus ia lakukan?
dunia ini keras Ayah, tolong jangan kau tambah dengan sifat kerasmu.

Engkau selalu bilang Ayah "Pendidikan tinggi tak menjadikan orang kaya!"
lalu ku tanya padamu, bisakah kekayaan hanya diukur dengan uang, Ayah?
Kau jawab. Ah, kau selalu bisa mengelak Ayah. Padahal aku tahu, di hati kecilmu engkau bangga melihat anakmu yang berhasil menempuh pendidikan tinggi dengan gratis. Hanya saja ku rasa, kau tak mau sedikit berkorban, Ayah.

Ayah, mungkin engkau akan bangga, jika suatu saat nanti anakmu berhasil mengajakmu jalan-jalan ke luar negeri! tapi aku ingin mengajakmu ke Mekah Ayah, sebagai tempat pertama yang kau kunjungi-menunaikan ibadah haji.

Ayah, lihatlah...










jika sedikit saja kau menjauh maka aku akan jatuh.(*)

#Catatan hati seorang anak, (penulis dirahasiakan).

0 komentar:

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design