Kak Maryam
Dia adalah Maryam. Namanya indah seperti nama surat di dalam Al Quran, namanya indah seperti akhlaknya. Dialah teman satu kosan yang selalu mengingatkan untuk menghafal Al Quran, dia yang selalu rajin membangunkan tengah malam untuk tahajud, dia yang menasehati, dia tempat aku bertanya bahasa Arab ketika hendak mempersiapkan materi pelajaran bahasa Arab untuk muridku, dia yang bersedia mengantarkan aku ke Rumah Sakit ketika aku sakit, dia yang rela menemani beli makan malam-malam ketika aku lapar, dan sebentar lagi kita akan berpisah. Weekend kali ini kita habiskan berdua.
fii amanillah jaamilah Kak Maryam.
*Aku punya teman kosan 3 orang, 2 orang lagi akan aku ceritakan satu-persatu secara bertahap. Penggalan catatan ini Insha Allah akan menjadi bagian dari naskah buku "Catatan Hati Guru" yang semoga segera terealisasi. Isinya simple, tentang perjalananku selama menjadi guru di Bandung, tentang kelucuan anak-anak, guru-guru, dan tidak luput hal-hal kecil lainnya (mulai dari aku yang selalu dibantu menyebrang jalan setiap ke sekolah oleh Polantas, hingga aku yang lupa bawa dompet ketika ke tempat bimbel ... lalu aku bingung bayar ongkosnya pakai apa :v).
Teh Dea
Kalau yang ini namanya 'Dea'. Aku pernah cerita kan sebelumnya, kalau aku punya tiga teman kosan, dan akan aku ceritakan satu-persatu.
Kita memanggilnya 'Teh Dea'. Bukan karena ia yang paling dewasa dari segi umur, bukan ... tapi kita memang punya panggilan khas di antara kita berempat. Ada yang dipanggil 'Teteh', 'Kakak', 'Adek', dan aku sendiri dipanggil 'Uni'.
Teh Dea ini orangnya aktif, ceria, dan blak-blakan. Baik banget deh, pokoknya. Dia gak sungkan ngomelin aku kayak adiknya sendiri. Efek gak punya adik perempuan ya, Teh? Pernah suatu ketika dia bilang, "Uni ... kamu tu anak bungsu ya? Manja banget! Kamu tuh kalau udah rewel, ampun deh ...! Kebayang nanti suami kamu, kesabarannya luar biasa banget ngadepin kamu!" Haha ... padahal Teh Dea tau aku bukan anak bungsu, tapi 'anak perempuam bungsu'. Aku mah memang suka ngejailin beliau kadang, apalagi kalau aku lagi jenuh, aku memang suka ngejailin orang. Itu cara aku menghilangkan rasa jenuh. Rasanya membahagiakan. Tapi aku lihat-lihat dulu orang yang mau aku jailin, kalau orangnya suka marah-marah / tensi tinggi, aku juga gak berani ngejailin, yang ada nanti aku malah 'digaplok'. Tapi kalau orangnya kayak Teh Dea mah, aku berani-berani aja. Siap-siap dijailin ya, Teh. 'Pikasebeleun' (suka bikin sebal) kata Teh Dea. Haha Begitulah cara beliau 'mendidik'. Cielah ... beliau, berasa tua banget ya Teh. Tapi memang Teh Dea suka bersikap dewasa lo, layaknya seorang 'Teteh'. Suka ngurusin makannya kita-kita. Suka ngerawat kita kalau lagi sakit. Dan sekarang Teteh sendiri lagi sakit, tensinya rendah kata dokter. Syafikillah ya, Tetehku sayang. Banyak-banyak istirahat, jangan terlalu diforsir ngajarnya. Okey. Keep smile