Senin, 28 Agustus 2017

Seberapa Penting Faktor Kenyamanan dalam Suatu Pekerjaan?

Seberapa Penting Faktor Kenyamanan dalam Suatu Pekerjaan?

Apakah lingkungan yang tidak nyaman membuatmu berani meninggalkan pekerjaan itu? Sebenarnya perasaannya nyaman dan tidak nyaman itu darimana sih, apakah kita sendiri yang ciptakan? Atau itu terstimulus dari lingkungan sekitar kita? Atau dari sedikit kesalahan yang kita perbuat? Banyak alasan.
Namun ketika rasa tidak nyaman itu datang, mampukah kita bertahan? Atau membiarkan rasa itu merajalela, dan membunuh kita sendiri? Sulit untuk dijawab. Yang pastinya kita berusaha mengelola perasaan itu! Bagaimana caranya? Entahlah.

Saya sendiri terkadang bingung mendefinisikannya. Apakah rasa yang saya alami sekarang termasuk rasa tidak nyaman. Saya cuma takut ego dan sudut pandang subyektif saya bermain di sini. 'Sok tau' dan terlalu malas untuk berbicara terkadang membuat saya menyimpulkan sendiri apa yang saya rasakan, tanpa saran dari orang lain lalu menghakimi "SAYA TIDAK NYAMAN!" 

Sebab apa? Saya sendiri tidak tau penyebabnya. Atau tau, tapi terlalu malas untuk menceritakannya. Sehingga cerita itu tidak pernah lepas dari ingatan saya, terkungkung, dan menari-nari liar di dalam otak, yang suatu saat siap keluar dan menikam saya dengan segala rasa. Membuat saya semakin antipati terhadap orang lain, mengungkit-ngungkit apa yang telah terjadi, bahkan sesuatu yang telah termaafkan.

Syukur.
Ikhlas.
Dan sabar.

3 kata ajaib itu, lalu apalagi? Balik lagi, terus memikirkan kondisi saya sekarang, membuat saya tidak bersyukur. Padahal di luar sana mungkin banyak orang yang menginginkan berada di posisi saya. Tapi kenapa dengan saya? Hey, what do you feel, Nelvi? What do you want, again? Oh, Allah, help me.

Ikhlas. Mendasarkan apa yang saya jalani selami ini karena Allah. Sehingga saya tidak mempunyai kepentingan apa-apa di sini. Masa bodoh dengan gosip-gosip 'murahan', yang penting niat saya karena Allah dan tujuan utama saya Alalh!
Dan sabar, adalah jembatan saya untuk mencapai tujuan saya. Untuk mencapai apa yang saya inginkan Lalu dengan begitu, masih sajakah saya takut meninggalkan sesuatu yang sudah diatur oleh Allah? Sebenarnya bukan perkara meninggalkan, tetapi perkara komunikasi yang harus saya perbaiki. Karena bak kata pepatah:


Intinya dari tulisan ini, bukan gaji yang besar dan segala kenyamanan yang telah kita peroleh yang takut kita tinggalkan kan ... dan bukan karena takut tidak mendapatkan apa yang pernah sudah kita dapatkan sebelumnya yang membuat saya bertahan. Jawabannya ada pada hati kita masing-masing. Maka mengadulah pada Allah Yang Maha Membolak-balikan hati!

Sabtu, 26 Agustus 2017

Jangan Pernah Jadi Pendemdam, Seberat Apapun Ujian Menimpa

Asalamu'alaikum Sahabat,
Semoga selalu dalam lindungan Allah.

Sudah lama rasanya saya tak menyapa  blog ini. Sebenarnya banyak cerita yang ingin saya sampaikan melalui blog ini, namun terlewat begitu saja. Sekarang saya akan memaksakan diri untuk konsisten menulis lagi, mengumpulkan serpihan-serpihan kisah yang sempat tercecer.

Tulisan kali ini adalah hasil refleksi saya setelah memasuki dunia kerja.

Bahwa hidup itu adalah keras. Benar! Astaghfirullah Al'adzim.... Kuatkan hati ini Ya Allah. Saya bingung menjelaskannya harus darimana. Mungkin pertama kali dari niat. Ya niat! Apa niat saya selama ini? Luruskan niat dan bersihkan hati. Karena hati yang sehat, membuat tubuh sehat. Dan hati yang sakit membuat tubuh sakit. 

Berberapa hari ini tubuh saya drop. Agaknya saya berada dalam titik jenuh saya. Kembali saya rumuskan tujuan hidup saya. Apa yang harus saya capai dalam 1 tahun ke depan. Dan apa yang harus saya lakukan sekarang. Beberapa faktor penarik dan pendorong bermunculan. Salah satu faktor penarik itu adalah keinginan Ayah saya sendiri dan faktor pendorong itu adalah adanya berbagai tekanan. Baik itu konflik batin saya sendiri maupun dari teman sejawat.

Allah lindungi aku selalu dimana pun aku berada, Engkaulah sebaik-baik pelindung. Pada-Mu ku pertaruhkan hidupku. Ampunilah dosa orang-orang yang telah menyakitiku, ikhlaskan hatiku menerimanya.

3 tujuan hidup yang saya rumuskan sekarang dan saya harus memantapkan hati memilih salah satunya. Jika saatnya saya harus meninggalkan sesuatu, saya ingin itu hanya karena Allah dan jika saya ingin bertahan terhadap sesuatu dan saya juga itu hanya karena Allah. Allah lah yang saya jadikan dasar dalam setiap niat saya. Sehingga tidak ada keraguan untuk mengambil keputusan dan tidak ada penyelasan nantinya. Semoga Allah mengijabah doa saya, Aaamiin.



Sekarang intinya, bagaimana saya memperbaiki komunikasi. Sebab bukan masalah meninggalkan tapi masalah bagaimana mengakhirinya dengan baik. Tetap tersenyum, walaupun dalam pikiran kadang, "masa bodoh". Tidak ingin rasanya bertegur sapa dengan orang-orang itu lagi. Tapi di sisi lain, saya harus menurunkan ego dan mengikuti ritme mereka.
 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design