Jumat, 31 Oktober 2014

Kebijakan Jokowi Tentang Penidaan Tes CPNS dan Kaitannya dengan Kahiyang Ayu


Sumber foto: cimomot.com>Kahiyang Ayu yang pake baju kotak-kotak, yang kiri-kanan adiknya yang banyak diidolakan.

Udah tahu kan tes CPNS ditiadakan selama pemerintahan Jokowi, tepatnya 5 tahun ke depan? Wah, langsung heboh beritanya di kampus, apalagi di medsos. Pasalnya ini seakan memupuskan harapan para pencari kerja yang berharap dan menunggu-nunggu jadi PNS.

Udah tahu juga kan, Kahiyang Ayu, anak kedua dan anak perempuan satu-satunya Jokowi ikut Tes CPNS di Solo dan kemaren baru saja selesei tesnya? Sampai-sampai pemkot Solo, dilema kayaknya. Diluluskan, nanti pasti banyak yang koment, "Anak presiden, la wong jelas lulus tes!" dan pasti banyak yang mencurigai adanya KKN. Sementara kalau Kahiyang tidak lulus, pasti masyarakat berkomentar seperti ini, "Masa anak presiden gak lulus tes CPNS!" Kepintarannya dipertanyakan. Dan sekarang buktinya hasil tes wawasan kebangsaan Kahiyang di bawah standar. Berdasarkan hasil tes Computer Assited Test, Kahiyang mendapat skor Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) 50, sementara skor minimal untuk lolos TWK adalah 70. Referensi di sini! Bagaimanakah hasil akhirnya, apakah Kahiyang lulus atau tidak? Kita lihat saja nanti!

Sekarang kembali ke judul tulisan saya, apa hubungannya Kahiyang dengan peniadaan tes CPNS? Yang baca judul tulisan saya pasti ada yang emosi, jangan emosi dulu, gak ada hubungannya sih sebenarnya. Cuma secara tersirat tergambar, tidak ada orang yang tidak ingin menjadi PNS. Betapa pentingnya tes CPNS itu, sampai semuanya ikutan, la wong anak presiden aja juga ikutan. Emang tidak ada yang melarang anak presiden buat ikutan tes CPNS, semua warga negara RI berhak ikutan. Nah makna tersiratnya lagi, berarti tes CPNS itu penting, dianggap mampu menjamin kesejahteraan hidup seseorang. Kesimpulannya, berarti wajar dong banyak yang protes dan mengumpat di medsos perihal ditiadakannya tes CPNS. Tapi intinya, kalau tes CPNS ditiadakan jadi pengusaha saja seperti anak sulungnya Jokowi, Gibran Rakabuming, Bos Catering.

Rabu, 29 Oktober 2014

Bu Menteriku Pintar, Tapi Kok ....


Sumber Foto: http://picnesia.blogspot.com



Pendiri maskapai penerbangan Susi Air, Sri Pudjiastuti telah dilantik sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Kabinet Kerja Jokowi JK 2014-2019.  Ditunjuknya Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia tentunya tidak lepas dari pengalamannya selama 33 tahun di dunia perikanan dan kesuksesannya  mengembangkan industri pengolahan hasil laut.

Meskipun tak tamat SMA, tapi nyatanya kini, Susi menjadi  salah satu orang yang berpengaruh di Indonesia. Ia telah meraih banyak penghargaan diantaranya,  Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia. Tahun 2006, ia menerima Metro TV Award for Economics, Inspiring Woman 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia Berprestasi Award dari PT Exelcomindo dan Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2009.

Bu Susi kini menjadi sorotan. Namun yang paling banyak disorot media massa sekarang adalah sikap Ibu menteri yang nyentrik, merokok, dan bertato. Bu Susi didapati merokok usai menghadiri acara pelantikan di istana negara. Bahkan saat diwawancara wartawan dengan entengnya Bu Susi menjawab, “Stop dong, biar aku selesaikan rokok ini”. Hal ini tentunya terlihat asing di mata khalayak umum, pasalnya, selama ini belum ada Menteri yang kedapatan merokok di depan umum, apalagi di lingkungan istana negara, dan menteri tersebut seorang perempuan. Di belakang layar, mungkin selama ini banyak Menteri yang berperilaku seperti Ibu Susi (merokok, bertato, dan sebagainya), namun tidak pernah tercium media, yang ditampilkan hanya yang baik-baiknya saja.

Dan jika dilihat sepertinya Ibu Susi ini ingin menyampaikan bahwa, saya bekerja apa adanya, tidak ada kejelekan yang perlu ditutupi. Namun ada hal yang perlu diperhatikan, di Negara yang menganut budaya ketimuran, dan menjunjung tinggi nilai sopan santun ini,  hal tersebut tentunya dianggap tabu. Dan di zaman sekarang masyarakat bebas beropini, serta sah-sah saja memberikan penilaian. Perihal Ibu Menteri yang merokok, tentu banyak yang mengkritisi, walaupun ada yang menganggap wajar. 

Seorang pejabat Negara diharapkan mempunyai tata krama yang baik, karena ia akan menjadi panutan bagi rakyatnya. Dan rakyat berharap, seiring berjalannya waktu, Bu Susi dapat membenahi sikap buruknya. Ini pesan dari Rakyat Indonesia Bu, mereka sayang Ibu, makanya mereka berkomentar seperti ini.

Kontes Menulis Kisah Inspiratif EVENT MAYOR “Empati demi Surgawi”


Lomba ini diadakan dalam rangka menyambut MILAD Yayasan Peduli Umat Yogyakarta yang ke-1 pada tanggal 11 Juli2014.

Tema lomba menulis ini adalah : Berbagi dengan Empati. 
Jarang, berbagi dilakukan dengan empati, dimana kita menempatkan seolah- olah kita berada pada posisi orang yang sedang kesusahan tersebut. Saat orang butuh umpan, berilah umpan. Saat orang butuh tali pancingan, berilah tali pancingan. Jika saat butuh umpan kita beri tali pancingan, maka tali pancingan tersebut akan digunakan untuk gantung diri. Kita justru secara tidak langsung turut membunuh orang tersebut. Baik harga dirinya, kemampuannya, karyanya, cita- citanya maupun karakternya. Itulah pentingnya empati.

Bagaimanapun, event ini sebagai ucapan terima kasih kepada tokoh- tokoh mulia di buku ini. Untuk membuktikan bahwa masih banyak insan mulia yang mau berbagi dengan empati. Kemudian umat lain bisa membaca contoh, mencontoh, dan akhirnya bisa turut memberi contoh (mengaji, mengkaji dan pengajian). Ini merupakan cerita tentang mutiara-mutiara diantara jutaan pasir yang berada di gurun sahara. Semoga, manusia mulia bisa bersinergi bersama-sama.

Doa kami bersamamu wahai insan mulia. Semoga empatimu sebagai jalanmu menuju taman firdausNya.
Nantinya, akan dipilih para pemenang dan kisah inspiratif terbaik. Tiga puluh tiga(33) kisah inspiratif terbaik akan diterbitkan dalam sebuah buku MAYOR “Empati demi Surgawi”. Royalty x 75 % akan dibagi ke seluruh penulis. Yang 25 % untuk Yayasan sebagai sumber penghasilan untuk pelaksanaan kegiatan sosial Yayasan lainnya. Apabila sukses, bisa digunakan untuk event menulis berikutnya.

Ingin ikut? Berikut Syarat dan Ketentuan Kontes Menulis Kisah Inspiratif ini:
  • Peserta lomba Umum dan tidak dibatasi umur.
  • Gratis, tidak dipungut biaya apapun.
  • Tulisan berupa kisah inspiratif dengan tema “Berbagi dengan Empati”, cerita yang ditulis berdasarkan kisah nyata, baik dialami sendiri oleh penulis maupun orang lain.
  • Naskah asli, bukan jiplakan/saduran dan belum terikat secara hukum dengan penerbit/ pihak lain berkaitan dengan copyright dan royalty.
  • Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia. Panjang tulisan 3-6 halaman A4, font Times New Roman 12, spasi 1,5 (margins: seluruhnya 2,54 cm). Cantumkan biodata narasi singkat (maksimal 50 kata) di halaman terakhir naskah. Cantumkan juga bukti pendukung cerita (foto lokasi, foto tokoh, video, surat kabar, dll=sunah, tidak wajib tetapi masuk kriteria penilaian) dan keinginan testimony/ harapan kepada siapa terhadap kondisi dalam cerita sebagai solusi/ penguat dalam berbagi (maksimal 150 kata).
  • Pengiriman naskah melalui email: emailsetiawan@gmail.com (Subject email: Empati demi Surgawi _Judul_Nama Lengkap. Naskah dicantumkan di lampiran, tidak ditulis di badan email). Naskah juga dikirim melalui inbox facebook pj. Di badan email tambahkan nomor HP dan rekening tabungan.
  • Peserta lomba harus add dan/ atau follow Facebook https://www.facebook.com/arief.setiawan.35574406 dan twitter @AriefSetiawan83.
  • Peserta hanya boleh mengirimkan 1 naskah terbaiknya
  • Tujuan lomba bukan semata- mata hadiah atau ketenaran, tetapi semangat berbagi, kebersamaan dan penghargaan atas karya. Karena itu mohon share dan tag teman sebanyak- banyaknya tentang info lomba ini. PJ berterima kasih sekali atas bantuannya. Ini masuk kriteria penilaian.
  • Akan dipilih 6 pemenang, dan 27 karya terbaik akan dibukukan dan diterbitkan secara mayor. Hak cipta buku menjadi milik Yayasan Peduli Umat Yogyakarta.
  • Keputusan Juri mutlak, tidak bisa diganggu gugat.
  • Info penerbitan: https://www.facebook.com/arief.setiawan.35574406/posts/10201725116124208
 UNSUR PENILAIAN
1.     Unsur- unsur cerita: kelengkapan aspek formal, kelengkapan unsur intrinsik, keterpaduan unsur/struktur, kesesuaian penggunaan bahasa
2.     Keunikan dan kreativitas ide cerita
3.     Alur cerita tidakmembosankan
4.     Cerita mampu menginspirasi atau menjadi motivator bagi pembaca.
5.     Bukti pendukung cerita, testimony/harapan dan share info/tag teman

Hadiah lomba menulis ini
  1. Juara 1 : Rp 100.000,00 + 1 buku terbit + e-sertifikat + royalty
  2. Juara 2 : Rp 50.000,00 + 1 buku terbit + e-sertifikat + royalty
  3. Juara 3 : Rp 25.000,00 + 1 buku terbit + e-sertifikat + royalty
  4. Harapan 1,2,3 : 1 buku terbit + e-sertifikat + royalty
  5. 27 kontributor lain: e-sertifikat + royalty
Waktu Pelaksanaan Lomba Menulis Kisah Inspiratif ini:

Pengiriman naskah: 20 Juli – 31Oktober 2014.
Pengumuman: paling lambat 31 Desember 2014. Pengumuman dapat dilihat di http://pokokilmu.blogspot.com/, atau melalui Facebook https://www.facebook.com/arief.setiawan.35574406 dan twitter @AriefSetiawan83.
Jika ada pertanyaan silakan menghubungi penyelenggara di alamat diatas.


Senin, 27 Oktober 2014

Ketika Menulis Lebih Penting daripada Mencuci

Hello guys....

Akhirnya saya bisa menyapa blog ini lagi, setelah sekian lama saya anggurin. Kemaren saya sempat sibuk (:D) karena ada tawaran job menulis untuk salah satu situs gadget. Cukup sibuk sekali, saya harus menulis 10 tulisan setiap harinya. *kalimatnyadaritadigakefektif.

Dan akhirnya yang saya rasakan, otak saya tegang! Saya butuh refreshing Bro! Menulis di blog itu sebuah refreshing menurut saya, ya dimana lagi saya bisa menulis dengan tulisan seringan ini, kalau bukan di blog pribadi saya sendiri. Oke, walaupun sama-sama menulis, tapi entah kenapa, menulis di blog itu beda! So, apa yang ingin saya tulis hari ini? Gak banyak, simple aja!

Begini, saya sempat dilema tentang keputusan saya untuk berhenti dari segala aktivitas organisasi di kampus, dengan alasaan menulis. (Maybe) Saya juga gak terlalu yakin, ini alasan yang tepat! Wajar gak sih? Sebenarnya saya sedang dalam masa penentuan, apa sih yang harus saya perbuat di tingkat 3 ini? Sebab, menurut Setia Furqon Khalid (yang gak tahu setia Furqon, searching di google), masa tingkat 3 ini adalah masa penentuan, bisa dibilang begitu. Maksudnya, mahasiswa yang sudah memasuki tingkat 3 kuliah, sudah tahu kemana arah tujuan hidupnya, dan sudah tahu kemana fokusnya. Yang fokus akademik, ya sibuk belajar; yang fokus jualan, ya sibuk dagang; yang fokus organisasi, ya sibuk berorganisasi. Dan saya, yang mau fokus nulis, ya sibuk menulis. Sebenarnya bukan fokus nulis sih maksudnya, intinya sibuk mengembangkan [kemampuan] diri!

Nah, sekarang timbul pertanyaan, masa nulis doang... harus berhenti dari segala aktivitas [organisasi]? Sekarang yang nanya gitu, saya tantang bisa gak menghasilkan 1 tulisan saja (rutin) setiap harinya, dengan tetap berorganisasi, tetap kuliah, dan tetap pulang sore karena ikut rapat sana-sini. Saya pastikan belum ada yang mampu, wong kebanyakan teman saya pada malas nulis, kecuali nulis status fb, atau nulis catatan kuliah. Yang saya maksud tulisan di sini, ya ... tulisan ringan aja, kayak reportase gini misalnya, cerpen, opini, dan lebih berat lagi artikel.

Gambar: www.westfield.ma.edu

Tapi begini, saya di sini bukan bermaksud sombong. Pasalnya saya sendiri juga merasa kesulitan, untuk memaksa diri saya, memposting tulisan setiap harinya di sini. Kehabisan ide? dibilang gak juga. Ide selalu aja mampir, cuman untuk menuangkan ide tersebut dalam bentuk tulisan, saya kadang gak ada waktu. Karena memang, menulis itu butuh kefokusan. Saya juga sempat membaca testimoni dari beberapa penulis, kadang mereka jika ingin menyelesaikan beberapa halaman tulisan untuk sebuah buku, mereka harus menghindar dari segala godaan. Godaannya apa? Ya banyak! Di dunia maya misalnya, Facebook, Blog, dan Kompasiana, adalah godaan terbesar saya. Saya rasa bukan saya doang, beberapa menulis juga demikian, mau merampungkan beberapa tulisan untuk buku, tapi ujung-ujungnya buka facebook nyari info, tergoda nulis untuk Kompasiana, dan sebagainya. Makanya saya pikir menulis sambil berselancar di dunia maya itu ada gak bagus juga. Kadang ada beberapa penulis yang menonaktifkan akun sosial, atau sengaja menulis tanpa online untuk menyelesaikan sebuah tulisan.

Satu jawabannya, ternyata bukan saya saja yang berlaku demikian. Saya pernah membaca postingan sebuah penerbit, judulnya kalau tidak salah (berarti benar, hehe), "Siapa bilang menulis itu gampang?" Tulisan itu menyatakan, kalau mau nulis...ya gak bisa setengah-setengah, gak bisa nurutin kata 'malas', harus diprioritaskan. Kalau ada kerjaan lain yang gak terlalu penting, tunda dulu kerjaannya. Kalau ada cucian numpuk, ya biarin aja. Ya, kalau nyuci dulu, nanati pasti abis nyuci bilangnya capek, mau istirahat dulu, ujung-ujungnya gak jadi nulis. Sedangkan nyuci kan memang aktivitas kita sehari-hari, la nulisnya kapan? Apalagi yang udah dapat job menulis, kita harus bisa memenuhi target, tidak ada alasan apapun, untuk tidak menulis.

Benar juga menurut postingan di fanpage penerbit itu, tapi yang perlu diperhatikan, saya tetap mengdepankan manajemen waktu. Sekali lagi saya sarankan tetap mengedepankan manajemen waktu. Ya, gak baik juga kan kamu ngebiarin pakaian yang udah direndam seminggu. Haha...  perihal cuci-mencuci di atas, hanya sebagian contoh dari kegiatan kita yang belum bisa dibilang produktif. 

So, have you writing today? :)

Rabu, 22 Oktober 2014

Cara Wanita Cerdas Memilih Calon Suami




Jika ada ungkapan, "Seburuk-buruk lelaki, pasti memilih wanita yang baik untuk menjadi pendamping hidupnya". Agaknya begitu juga dengan para wanita, tentunya wanita cerdas. Seperti apakah pendamping yang dipilih seorang wanita? 

Wanita cerdas tidak hanya memilih calon suami yang baik rupanya, tapi juga baik akhlaknya. Fisik merupakan hal yang paling banyak dipertimbangkan oleh sebagian besar orang, karena seseorang pertama kali dihadapkan pada fisik. Seseorang yang jatuh cinta ketika bertemu dengan seseorang pertama kali, cintanya bisa disebut dengan 'cinta pada pandangan pertama'. Kenapa? Sebab pada pandangan pertama yang terlihat hanya sesuatu yang konkret, yang indah-indah, segala bentuk kelakuan buruk atau sifat asli dari seseorang tersebut belum terlihat. Bertahan atau tidaknya cinta pada pandangan pertama tergantung pada pribadi masing-masing. Tapi wanita  cerdas tidak akan tertipu oleh hal ini, dia mungkin terpesona melihat seseorang saat pertama bertemu, tapi selanjutnya muncul pertanyaan, bagaimanakah akhlaknya?

Akhlak seseorang tidak cukup digambarkan dengan satu kata 'baik'. Karena cakupan baik itu sangat luas, baik yang bagaimana? Seseorang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah bisa dikatakan baik, tapi harus ada embel-embel  lain. Selain memilih calon suami yang seiman, wanita cerdas juga menginginkan suami yang baik atau rajin ibadahnya, yang bisa memimpin, yang bertanggung jawab, penyayang--tidak hanya menyayangi istrinya tapi juga keluarga istrinya. Seseorang suami yang baik, tidak akan menjauhkan hubungan istrinya dengan keluarganya. Karena jika hal itu terjadi, seorang istri akan dilema, antara mematuhi suami atau orang tuanya. Tentunya sudah jelas hukum mematuhi suami, tapi bagaimana dengan perasaan kedua orang tuanya, bagaimanapun dia akan merasa kasihan dengan kedua orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Wanita yang cerdas juga tidak menyukai laki-laki yang bersifat keras. Keras di sini berarti tidak mau diajak berkompromi, segala sesuatu harus menuruti perkataannya, padahal belum tentu pendapatnya tersebut baik untuk semua orang. Wanita cerdas memerlukan calon suami yang bisa diajak bermusyawarah dalam mengambil keputusan, mau mendengarkan pendapat pasangannya, dan mematuhi apa yang sudah disepakati bersama. Hal ini biasanya menyangkut kepada karir sang istri setelah menikah, apakah masih diizinkan bekerja di luar rumah atau tidak, dan kadang ada yang menyepakati terlebih dahulu jumlah anak yang diinginkan nanti setelah menikah. Seperti Oki Setiana Dewi dan suami yang sama-sama menginginkan tujuh orang anak. Jika sama-sama menyepakati, maka tidak akan ada konflik dikemudian hari. Sebab konflik bisa timbul ketika suami menginginkan keturunannya yang banyak, istri belum bisa/sanggup memenuhinya. Bagaimanapun susahnya mengandung dan melahirkan itu hanya istri yang merasakan, jadi terkadang wajar jika ada seorang istri yang tidak mau hamil lagi.

Wanita cerdas juga akan respek terhadap laki-laki yang pekerja keras dan mempunyai orientasi masa depan, sebab laki-laki yang mempunyai orientasi masa depan selalu bergerak maju. Mempunyai orientasi masa depan bukan berarti laki-laki yang mapan. Laki-laki yang mapan mungkin banyak, tapi yang mempunyai orientasi masa depan jarang. Lalu apa maksudnya dengan mempunyai orientasi masa depan? Orientasi masa depan, bisa digambarkan dengan pandangan hidup kedepannya yang terstruktur dan sistematis, jelas cita-cita dan tujuan hidupnya, Misalnya dalam berwirausaha, setelah usaha ini berhasil, saya akan mengembangkan usaha yang ini, lalu saya akan melakukan ini, dan bla bla. Jadi laki-laki yang mempunyai orientasi masa depan di sini, selalu pandai membaca peluang, mempunyai visi dan misi untuk mencapai kehidupan masa depan yang lebih baik, dan tentunya punya sikap optimis, tidak hanya mimpi-mimpi kosong belaka. Kalau di kalangan kampus, seseorang yang mempunyai orientasi masa depan bisa digambarkan dengan mahasiswa yang haus prestasi. Seseorang yang selalu ingin berprestasi, pasti tahu cara mewujudkan impiannya.

Setelah rupa, akhlak, ada hal yang tidak boleh dilupakan wanita cerdas dalam memilih calon suami, dan terkadang hal ini ditempatkan pada urutan pertama. Berpendidikan. Tak jarang seseorang wanita memilih calon suami yang pendidikannya minimal setara dengannya. Jika S1, ya, dia juga menginginkan calon suami yang berpendidikan minimal S1. Sebab hal ini akan mempengaruhi komunikasi ke depannya, nyambung apa enggak.

Perlu menjadi catatan, jika ada seorang wanita yang memilih calon suami yang mapan, belum tentu wanita tersebut matre. Karena wanita tidak hanya memikirkan kehidupannya sendiri ke depannya, tapi juga memikirkan kehidupan anak-anaknya, memastikan anak-anaknya mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Bagaimanapun juga jika pondasi ekonomi rumah tangga tersebut tidak kokoh, bisa dipastikan yang jadi korbannya adalah anak-anak.

Akhir kata, ada slogan: Beriman, Berpendidikan, Tampan, dan Mapan! :D

Postingan ini dibuat secara sengaja dengan mengamati lingkungan kehidupan sehari-sehari dan bersumber dari pengalaman orang sekitar. Postingan ini dibuat bukan dari sudut pandang penulis, tapi tentunya dari sudut pandang perempuan. Adapun setuju/tidak setujunya terhadap postingan ini bergantung pada diri masing-masing. Dan jangan tanyakan, apakah penulis sudah menikah atau belum! Salam Ceria. :D


 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design