Jika ada ungkapan, "Seburuk-buruk lelaki,
pasti memilih wanita yang baik untuk menjadi pendamping hidupnya". Agaknya
begitu juga dengan para wanita, tentunya wanita cerdas. Seperti apakah
pendamping yang dipilih seorang wanita?
Wanita cerdas tidak hanya memilih calon suami
yang baik rupanya, tapi juga baik akhlaknya. Fisik merupakan hal yang
paling banyak dipertimbangkan oleh sebagian besar orang, karena seseorang
pertama kali dihadapkan pada fisik. Seseorang yang jatuh cinta ketika bertemu
dengan seseorang pertama kali, cintanya bisa disebut dengan 'cinta pada
pandangan pertama'. Kenapa? Sebab pada pandangan pertama yang terlihat hanya
sesuatu yang konkret, yang indah-indah, segala bentuk kelakuan buruk
atau sifat asli dari seseorang tersebut belum terlihat. Bertahan atau tidaknya
cinta pada pandangan pertama tergantung pada pribadi masing-masing. Tapi
wanita cerdas tidak akan tertipu oleh hal ini, dia mungkin terpesona
melihat seseorang saat pertama bertemu, tapi selanjutnya muncul pertanyaan,
bagaimanakah akhlaknya?
Akhlak seseorang tidak cukup digambarkan dengan
satu kata 'baik'. Karena cakupan baik itu sangat luas, baik yang bagaimana?
Seseorang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah bisa dikatakan baik,
tapi harus ada embel-embel lain. Selain memilih calon suami yang seiman,
wanita cerdas juga menginginkan suami yang baik atau rajin ibadahnya,
yang bisa memimpin, yang bertanggung jawab, penyayang--tidak
hanya menyayangi istrinya tapi juga keluarga istrinya. Seseorang suami yang
baik, tidak akan menjauhkan hubungan istrinya dengan keluarganya. Karena jika
hal itu terjadi, seorang istri akan dilema, antara mematuhi suami atau orang
tuanya. Tentunya sudah jelas hukum mematuhi suami, tapi bagaimana dengan
perasaan kedua orang tuanya, bagaimanapun dia akan merasa kasihan dengan kedua
orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Wanita yang cerdas juga
tidak menyukai laki-laki yang bersifat keras. Keras di sini berarti tidak mau
diajak berkompromi, segala sesuatu harus menuruti perkataannya, padahal belum
tentu pendapatnya tersebut baik untuk semua orang. Wanita cerdas memerlukan
calon suami yang bisa diajak bermusyawarah dalam mengambil keputusan, mau
mendengarkan pendapat pasangannya, dan mematuhi apa yang sudah disepakati
bersama. Hal ini biasanya menyangkut kepada karir sang istri setelah menikah,
apakah masih diizinkan bekerja di luar rumah atau tidak, dan kadang ada yang
menyepakati terlebih dahulu jumlah anak yang diinginkan nanti setelah menikah.
Seperti Oki Setiana Dewi dan suami yang sama-sama menginginkan tujuh orang
anak. Jika sama-sama menyepakati, maka tidak akan ada konflik dikemudian hari.
Sebab konflik bisa timbul ketika suami menginginkan keturunannya yang banyak,
istri belum bisa/sanggup memenuhinya. Bagaimanapun susahnya mengandung dan
melahirkan itu hanya istri yang merasakan, jadi terkadang wajar jika ada
seorang istri yang tidak mau hamil lagi.
Wanita cerdas juga akan respek terhadap laki-laki
yang pekerja keras dan mempunyai orientasi masa depan, sebab laki-laki
yang mempunyai orientasi masa depan selalu bergerak maju. Mempunyai orientasi
masa depan bukan berarti laki-laki yang mapan. Laki-laki yang mapan mungkin
banyak, tapi yang mempunyai orientasi masa depan jarang. Lalu apa maksudnya
dengan mempunyai orientasi masa depan? Orientasi masa depan, bisa digambarkan
dengan pandangan hidup kedepannya yang terstruktur dan sistematis, jelas
cita-cita dan tujuan hidupnya, Misalnya dalam berwirausaha, setelah usaha
ini berhasil, saya akan mengembangkan usaha yang ini, lalu saya akan melakukan
ini, dan bla bla. Jadi laki-laki yang mempunyai orientasi masa depan di
sini, selalu pandai membaca peluang, mempunyai visi dan misi untuk mencapai
kehidupan masa depan yang lebih baik, dan tentunya punya sikap optimis, tidak
hanya mimpi-mimpi kosong belaka. Kalau di kalangan kampus, seseorang yang
mempunyai orientasi masa depan bisa digambarkan dengan mahasiswa yang haus
prestasi. Seseorang yang selalu ingin berprestasi, pasti tahu cara mewujudkan
impiannya.
Setelah rupa, akhlak, ada hal yang tidak boleh
dilupakan wanita cerdas dalam memilih calon suami, dan terkadang hal ini
ditempatkan pada urutan pertama. Berpendidikan. Tak jarang seseorang
wanita memilih calon suami yang pendidikannya minimal setara
dengannya. Jika S1, ya, dia juga menginginkan calon suami yang berpendidikan
minimal S1. Sebab hal ini akan mempengaruhi komunikasi ke depannya, nyambung
apa enggak.
Perlu menjadi catatan, jika ada seorang wanita
yang memilih calon suami yang mapan, belum tentu wanita tersebut matre. Karena
wanita tidak hanya memikirkan kehidupannya sendiri ke depannya, tapi juga
memikirkan kehidupan anak-anaknya, memastikan anak-anaknya mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Bagaimanapun juga jika pondasi ekonomi rumah tangga
tersebut tidak kokoh, bisa dipastikan yang jadi korbannya adalah anak-anak.
Akhir kata, ada slogan: Beriman,
Berpendidikan, Tampan, dan Mapan! :D
Postingan ini dibuat secara sengaja dengan
mengamati lingkungan kehidupan sehari-sehari dan bersumber dari pengalaman orang
sekitar. Postingan ini dibuat bukan dari sudut pandang penulis, tapi tentunya
dari sudut pandang perempuan. Adapun setuju/tidak setujunya terhadap postingan
ini bergantung pada diri masing-masing. Dan jangan tanyakan, apakah penulis
sudah menikah atau belum! Salam Ceria. :D
0 komentar:
Posting Komentar