Jumat, 03 Oktober 2014

Bersiap Menghadapi Kehilangan!

Beberapa hari lalu teman saya uring-uringan karena kehilangan modemnya. Menurut saya hal yang wajar. Tapi bagaimana kalau uring-uringan lebih dari tiga hari atau bahkan berbulan-bulan? Tentu ini bukan hal yang wajar lagi menurut saya. Saya juga pernah uring-uringan karena kehilangan barang, tapi saya bersyukur uring-uringan saya tidak terlalu lama. Hanya sehari paling lama.

Melihat kejadian itu, saya pikir teman saya belum siap menghadapi kehilangan. Memang saya rasa tidak semua orang yang siap menghadapi kehilangan, dan tidak ada orang juga mau merasakan kehilangan, apalagi kehilangan belahan jiwa. Hehe…. Back to the topic. 
Lalu, bagaimanakah seharusnya sikap kita menghadapi kehilangan? Saya punya cara tersendiri yang biasa saya terapkan, dan terbukti ampuh bagi saya. Ketika kita merasa kehilangan (misalnya kehilangan barang) ada beberapa hal yang harus kita ingat pertama, darimanakah asal barang tersebut? Apakah barang tersebut kita beli sendiri, pemberian seseorang, atau nemu di jalan (emang ada yang buang barang?). Ya, apapun itu namanya, jika barang itu bukan dibeli dari hasil jerih payah sendiri, tentu kita lebih gampang mengikhlaskannya. Saya pernah membaca artikel, ceritanya seperti ini. 
Seorang pak tua berjalan dari rumahnya, berniat hendak mencari nafkah. Lalu, di jalan ia menemukan sebuah koin kuno. Awalnya koin tersebut akan ia buang, tapi tidak jadi. Koin itu malah dibeli oleh seseorang pengoleksi koin kuno dengan harga yang sangat tinggi. Pak tua senang mendapatkan sejumlah uang itu, ia lalu menggunakan uang tersebut untuk membeli beberapa balok kayu. Ia pikir, pintu dan jendela rumahnya harus diganti. Tapi apa mau dikata, di tengah perjalanan balok kayu tersebut patah, dan tidak bisa digunakan lagi. Lalu apakah Pak Tua tersebut menyesal dan uring-uringan? Tidak! Dia ingat, bahwa balok kayu tersebut diperoleh dari hasil penjualan koin kuno, dan koin kuno itersebut ia temukan di jalan. Jadi awalnya ia tidak memiliki apa-apa, dan ia tidak perlu merasa kehilangan. 
Sumber Gambar: Google

Kita seharusnya bisa mengambil pelajaran dari pemikiran Pak Tua tersebut. Kalau barang kita yang hilang awalnya diperoleh secara tidak sengaja, ya… mengapa harus merasa kehilanagn sampai uring-uringan? Hal itu hanya akan menyiksa diri sendiri.
Kedua, kita adalah orang tak punya. Hakikat manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, tanpa membawa sehelai benang pun. Semuanya adalah milikYang Maha Kuasa. Jika Yang di Atas mengambil sesuatu dari kita, maka kita harus menerima dengan seikhlasnya. Mungkin sesuatu yang diambil tersebut akan diganti dengan yang lebih baik. So,bersiaplah kawan! Bersiap menghadapi kehilangan!

2 komentar:

DiPtra mengatakan...

Naah itu dia kuncinya ikhlash, ada di paragraf terakhir. Hal ini berlaku juga untuk jodoh. Entah balik atau diganti dengan yang lebih baik.
Salam,
DiPtra

Nelvianti mengatakan...

Kembali salam, (Mas/ Mbak ya? hehe)
Kalau jodoh hilang cari yang baru ya? gak perlu uring-uringan. hehe

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design