Sabtu, 26 Agustus 2017

Jangan Pernah Jadi Pendemdam, Seberat Apapun Ujian Menimpa

Asalamu'alaikum Sahabat,
Semoga selalu dalam lindungan Allah.

Sudah lama rasanya saya tak menyapa  blog ini. Sebenarnya banyak cerita yang ingin saya sampaikan melalui blog ini, namun terlewat begitu saja. Sekarang saya akan memaksakan diri untuk konsisten menulis lagi, mengumpulkan serpihan-serpihan kisah yang sempat tercecer.

Tulisan kali ini adalah hasil refleksi saya setelah memasuki dunia kerja.

Bahwa hidup itu adalah keras. Benar! Astaghfirullah Al'adzim.... Kuatkan hati ini Ya Allah. Saya bingung menjelaskannya harus darimana. Mungkin pertama kali dari niat. Ya niat! Apa niat saya selama ini? Luruskan niat dan bersihkan hati. Karena hati yang sehat, membuat tubuh sehat. Dan hati yang sakit membuat tubuh sakit. 

Berberapa hari ini tubuh saya drop. Agaknya saya berada dalam titik jenuh saya. Kembali saya rumuskan tujuan hidup saya. Apa yang harus saya capai dalam 1 tahun ke depan. Dan apa yang harus saya lakukan sekarang. Beberapa faktor penarik dan pendorong bermunculan. Salah satu faktor penarik itu adalah keinginan Ayah saya sendiri dan faktor pendorong itu adalah adanya berbagai tekanan. Baik itu konflik batin saya sendiri maupun dari teman sejawat.

Allah lindungi aku selalu dimana pun aku berada, Engkaulah sebaik-baik pelindung. Pada-Mu ku pertaruhkan hidupku. Ampunilah dosa orang-orang yang telah menyakitiku, ikhlaskan hatiku menerimanya.

3 tujuan hidup yang saya rumuskan sekarang dan saya harus memantapkan hati memilih salah satunya. Jika saatnya saya harus meninggalkan sesuatu, saya ingin itu hanya karena Allah dan jika saya ingin bertahan terhadap sesuatu dan saya juga itu hanya karena Allah. Allah lah yang saya jadikan dasar dalam setiap niat saya. Sehingga tidak ada keraguan untuk mengambil keputusan dan tidak ada penyelasan nantinya. Semoga Allah mengijabah doa saya, Aaamiin.



Sekarang intinya, bagaimana saya memperbaiki komunikasi. Sebab bukan masalah meninggalkan tapi masalah bagaimana mengakhirinya dengan baik. Tetap tersenyum, walaupun dalam pikiran kadang, "masa bodoh". Tidak ingin rasanya bertegur sapa dengan orang-orang itu lagi. Tapi di sisi lain, saya harus menurunkan ego dan mengikuti ritme mereka.

0 komentar:

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design