Hello everyone? apa kabar? sudah lama rasanya saya tidak menyapa di blog ini.
Kali ini saya akan membahasa masalah essay. Para mahasiswa tentu sering ni mendengar istilah essay! di internet pun banyak bertebaran lomba essay!
Cuma terkadang kita bingung, essay itu sama gak sih dengan opini.
Sebelum semuanya terjawab, baiklah berikut saya sajikan sebuah tulisan saya.
Kali ini saya akan membahasa masalah essay. Para mahasiswa tentu sering ni mendengar istilah essay! di internet pun banyak bertebaran lomba essay!
Cuma terkadang kita bingung, essay itu sama gak sih dengan opini.
Sebelum semuanya terjawab, baiklah berikut saya sajikan sebuah tulisan saya.
Siapa Suruh Masuk UPI!
Oleh: Nelvianti
Siapa suruh masuk UPI! Jika tidak mau membuat PKM, mengikuti
Program Tutorial, dan BAQI. Kalimat itu diadaptasi
dari dosen PAI (Pendidikan Agama Islam) saya, siapa suruh masuk Islam! Jika
malas mengerjakan sholat.
Ya, setiap Maba (Mahasiswa Baru) UPI 2012 diberi tugas membuat PKM
(Program Kreativitas Mahasiswa). Program ini sudah ada sejak lama tapi hanya
dilaksanakan oleh beberapa universitas favorit, termasuk salah satunya UPI. Ya,
menurut saya UPI adalah salah satu universitas terfavorit di Indonesia. Meski dulu
saya agak keliru ketika orang-orang menyebut kata UPI.
Pengetahuan saya dulu sebagai seorang siswi SMP bisa dikatakan
minim. Tetangga saya katanya kuliah di UPI, setiap hari dia pulang pergi Lubuak
Begalung - Lubuak Minturun (nama daerah di Padang). Nah lo? Memang UPI letaknya
di Padang? Saya bingung.
Sebenarnya sih, hal ini tidak perlu saya bingungkan kalau saja saya
tahu di Padang juga ada UPI. Tapi ada embelan ‘YPTK’ dibelakangnya. Jadi
UPI YPTK (Universitas Putra Indonesia Yayasan Perguruan Tinggi Komputer). P nya disini akronim dari ‘Putra’ bukan
‘Pendidikan’ seperti yang saya ketahui belakangan.
Agar tidak keliru lagi selanjutnya saya cukup menuliskan UPI saja,
tanpa ada embelan YPTK dibelakangnya. Dan itu berarti tulisan saya
merujuk pada Universitas Pendidikan Indonesia.
Sekarang saya sudah mengerti. UPI itu Universitas Pendidikan
Indonesia, salah satu universitas negeri yang
terletak di Bandung, Jawa Barat. Atau yang sering disebut teman-teman
saya sebagai UPI Bandung. Mereka bilang UPI
itu favorit. Saya menyetujuinya walaupun belum tahu pasti alasannya.
Meski begitu saya tidak terpikir untuk masuk UPI karena saya sadar
dengan kondisi ekonomi orangtua saya. UPI kan letakknya di Bandung, sedangkan
saya di Padang! Mau dengan apa orang tua saya mengongkosinya. Lagi-lagi itu
pandangan siswi SMA yang sempit. Jadilah UPI hanya impian saya belaka. Saya tak pernah berhenti bermimpi, meski kadang saya
menyangsikan mimpi itu.
Singkat cerita. Mungkin
Tuhan sudah menakdirkan jalan saya di sini, saya berhasil masuk UPI. Bukan
hanya sekedar mengijakkan kaki di pelataran parkir UPI lalu keluar, seperti guyonan Menteri Pendidikan, Bapak Mohammad
Nuh pada acara Sholat Isya berjamaah mahasiswa Bidik Misi dengan
Menteri Pendidikan di mesjid UPI tercinta, ‘Al Furqon.’ “Masuk UPI itu gampang,
setiap orang juga bisa masuk lalu keluar” (27/08/2012) Sambil menunjuk halaman
‘Al Furqon’, lalu diiringi gelak tawa hadirin.
Oh iya, saya lupa mengabarkan kalau saya sampai disini berkat
beasiswa Bidik Misi yang saya peroleh. Saya begitu bersyukur bisa menjadi
bagian dari UPI meskipun kampus saya di Serang. Melihat gedung Isola secara
langsung sudah membuat saya terharu. Tidak berlebihan! Sebelumnya saya hanya
melihat gedung ini di internet hasil pencarian ‘Om Google’, dan saya tidak
mengetahui namanya ketika itu.
Kata senior saya gedung Isola ini merupakan icon UPI. Hmm, saya pingin
sekali masuk kesana. Tapi entah kapan. Oke. Saya sudahi di sini membahas
tentang bangunannya, sekarang saya mau menilai kualitas akademiknya.
Saya sempat heran mendengar penjelasan senior tentang BAQI dan
Program Tutorial. Dua kata yang asing buat saya. Katanya BAQI itu ‘Baca Quran
Intensif’. Yaitu program semesteran semacam evaluasi membaca Al-Qur’an yang diwajibkan
untuk mahasiswa baru yang mengontrak mata kuliah PAI, dan sifatnya gratis. Tes Baca Al-Qur'an ini terdiri dari
3 kali tes, yakni Pretest, Midtest, dan Posttest. Dari hasil evaluasi itu kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa UPI
akan digolongkan ke dalam 5 tingkatan, dimulai dari tingkat rendah yaitu Tingkat Pra Dasar I (TPD I), Tingkat
Pra Dasar II (TPD II), Tingkat Dasar (TD), Tingkat Terampil (TT), dan Tingkat
Mahir (TM). TT dan TM dinyatakan kategori lulus, sedangkan TPD I, TPD II, dan
TD dinyatakan kategori tidak lulus. Bagi mahasiswa yang
tidak lulus pada saat Pretest diwajibkan kembali mengikuti tes baca
Al-Qur'an pada saat Midtest, jika masih belum lulus dites lagi pada saat
Posttest. Nantinya mereka akan dibimbing membaca Al-Qur’an agar tidak
terbata-bata lagi.
Kepala
saya agak sedikit puyeng mendengar
penjelasan ini. Bagaimana tidak? Saya tidak pernah mendengar program ini ada di
kampus lain. Ditambah lagi penjelasan tentang Program Tutorial. Hal pertama yang
saya dengar adalah program ini menjadi hak milik UPI, tidak bisa diganggu gugat
karena sudah ada SK rektornya. Begitulah kurang lebih kata senior saya saat pembukaan
Program Tutorial atau yang biasa kami singkat dengan ‘PT.’
PT
ini program semesteran juga yang berkaitan dengan MK PAI, sama seperti
BAQI, wajib diikuti. Adapun
pelaksanaannya tiap hari minggu, dan nanti akan ada mentoring. Jangan bayangkan
tidak ada keluhan dari teman-teman saya terhadap dua program ini. Sekali lagi,
“Siapa suruh masuk UPI!” Tapi itu hanya komentar dari orang-orang yang baru
pertama kali merasakannya. Toh, setelah merasakannya mereka have fun tu menjalaninya.
Kalau
dipikir-pikir wajar saja bagi yang mengontrak mata kuliah PAI diwajibkan untuk
mengikuti BAQI. Bagaimana seandainya orang yang mau belajar agama Islam tapi
tidak fasih membaca Al-Qur’an. Applauselah
buat UPI atas Program Tutorial dan BAQInya. Siapa suruh masuk UPI! Karena UPI
maka aku harus ilmiah, edukatif, dan religious.
Menurut teman-teman, tulisan di atas termasuk essay apa bukan sih? Kalau saya waktu itu menyebutnya opini. Ceritanya begini, di kampus ada lomba menulis opini.... Nah, saya bingung opini itu seperti apa? apa bedanya dengan essay? saya masih belum paham. Kebetulan waktu itu saya baca status seseorang di fb yang menyatakan kalau opininya dimuat di koran nasional. Saya lihat tuh contoh opininya dan saya jadikan panduan dalam mengikuti lomba tersebut. Gaya bahasa opininya informal, saya pikir ini yang memdekan opini dengan essay dan artikel yang gaya bahasanya formal. Saya mencoba menulis dengan gaya bahasa informal seperti itu. Alhasil jadilah tulisan di atas.
Setelah menyelesaikan tulisan di atas, saya puas sekali waktu itu dan merasa yakin tulisan saya akan juara. Eh, tau-taunya... tidak!
Sampai di sini masih belum bisa terjawab kan apakah essay dan opini itu sama?
Baiklah, akan saya lanjutkan.
Beberapa waktu yang lalu ada lomba menulis essay. Saya mencoba mengikutinya, biasanya saya abaikan. Kali ini, sebelum menulis saya tidak melihat contoh dari tulisan orang lain, tapi saya mencari tahu dulu, apa itu essay?
Setelah searching di google, saya menemukan situs menulisessay.com. Di situs itu dijelaskan secara gamblang pengertian essay, ciri-ciri, dan langkah-langkah menulis essay.
Saya lihat juga di situs anneahira.com, ternyata essay itu satu kesatuan dengan opini. Maksudnya, essay itu sebutan untuk karyanya, dan opini itu ya... inti dari tulisan yang ada dalam essay tersebut.
Sampai di sini sudah jelas, bahwa essay itu sama dengan opini!
Sekarang, bagaimana ciri-ciri essay?
Essay itu terdiri dari tiga bagian yaitu, pendahuluan, isi/tubuh essay, dan penutup. Bagian pendahuluan berfungsi untuk menarik minat pembaca, biasanya terdiri dari satu paragraf. Sedangkan tubuh essay terdiri dari beberapa paragraf, yang isinya tentang opini/inti dari essay. Dan bagian penutup, merupakan kesimpulan dari essay, biasanya terdiri dari 3-5 kalimat.
Panjang paragraf essay biasanya tidak ditentukan, tapi lazimnya antara 2-5 kalimat dalam satu paragraf. Jumlah kata dalam essay juga bervariasi yaitu 500-1500 kata. Adapun essay yang lebih dari 1000 kata adalah essay yang diperpanjang. Jika dihitung menurut halaman, essay berkisar antara 3-7 halaman, spasi ganda, A4, TNR 12.
Selanjutnya jenis-jenis essay. Essay terdiri dari 9 jenis, yaitu expositori, persuasi, informal, tinjauan, riset, literatur, argumentasi, sebab-akibat, dan perbandingan. Nah, jenis essay yang saya tulis di atas termasuk essay informal. Tapi tidak pantas rasanya, tulisan saya di atas disebut essay. Sebab, saya menulisnya waktu itu tidak sesuai aturan, tidak mempertimbangkan bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Saya merasa sangat rugi kenapa dulu saya hanya belajar dari contoh tanpa mencari tahu teorinya. Sekarang saya jadi tahu kenapa tulisan saya tidak jadi juara. Setelah saya baca-baca sekarang, tulisan tersebut terasa aneh dan banyak kekurangan.
Benar seperti yang dikatakan menulisessay.com, ''Bagi penulis pemula, jangan berharap terlalu berlebihan saat berhasil
menyelesaikan esai pertama. Kesalahan mendasar yang sering dilakukan para
penulis pemula adalah pemikiran bahwa mereka menganggap tulisan mereka sempurna
atau luar biasa.''
Sekarang saya sudah paham ilmunya, bahwa jika ada lomba menulis opini, itu berarti menulis essay.
Salam. Semoga tulisan ini bermanfaat:)