Kamis, 12 Maret 2015

Nikmat Allah Mana Lagi yang Kau Dustakan?

Nikmat Allah mana lagi yang kau dustakan? ini adalah pertanyaan untuk diri saya sendiri. Sungguh saya merasakan nikmat Allah yang sangat luar biasa, dibalik nikmat hidup dan nikmat sehat tentunya. Dan memang, nikmat Allah itu tidak terhitung. Sebagaimana janji Allah, walaupun kita menjadikan tumbuhan di bumi menjadi pulpennya dan lautan menjadi tintanya, niscaya tidak akan cukup untuk menuliskan nikmat-nikmAt Allah yang telah kita rasakan.

Diantara nikmat-nikmat Allah yang saya peroleh tersebut, ada beberapa nikmat yang sangat berkesan buat saya, yaitu nikmat rezeki. Allah tidak hanya mencukukupkan rezeki saya, tapi juga mengabulkan apa yang saya inginkan satu persatu. Seolah-olah sudah terstruktur, Allah memberikannya pada waktu yang tepat.

Dulu, selepas SMA saya pernah menghayal akan kuliah di luar kota, walaupun ini saya anggap sebagai hayalan, Allah ternyata benar-benar mengabulkannya. Pada saat itu saya berpikir bahwa, tidak sulit rasanya mencari tambahan biaya jika kuliah di luar kota. Toh, banyak peluang ini. Salah satunya bisa dengan berwirausaha, memberikan privat, atau menjadi penulis lepas (Freelance Writer) bagi yang suka menulis. Itu adalah beberapa hal yang terpikirkan dalam benak saya, dan saya benar-benar tidak menyangka akan merasakan hal ini satu persatu, walaupun  dalam waktu yang agak lama dan tidak sekaligus.

Awalnya saya sempat berpikiran hal ini susah, tidak segampang yang saya bayangkan. Namun tanpa disengaja saya mulai berwirausaha. Waktu itu awal semester 2 kalau tidak salah, lewat obrolan ringan, teman mengajak saya untuk berjualan risoles. Risolesnya dibuat sendiri, kebetulan ada salah satu teman saya yang pernah bekerja di toko kue, jadi ia sudah paham betul bagaimana membuat risoles yang menarik hati pembeli. Akhirnya kami bertiga berjualan risoles. Risolesnya kami beri nama "Chizune", akronim dari Suci, Zur, dan Nelvi-nama kita bertiga.

Setiap dua hari sekali kami berbelanja sayuran (kentang dan wortel) serta mie untuk bahan isi risoles. Lalu setiap malam kami berjibaku membuat 30-70 kulit risoles untuk kami isi besok paginya. Pembuatan kulit risoles dimulai setelah Isya dan selesai pukul 10 malam. Dan paginya selepas Subuh kami mulai mengisi kulit dengan bahan isi dan kemudian digoreng, paling cepat kami menyelesaikannya pukul 7.00 WIB. 30 menit sebelum kami berangkat kuliah. Tapi kami pernah terlambat ngampus karena banyaknya risoles yang harus digoreng sementara kompor penggorangan cuma satu. Namun karena waktu itu Mata Kuliah olahraga, jadi kami agak santai. Hehe.... Keuntungan menjual risoles lumayan, setiap hari kami bisa menghabiskan 30-50 risoles, dan itu hanya dipasarkan ke teman-teman sekelas, dan beberapa teman dari kelas lain. Menjual risoles kami lakoni kira-kira 3 bulanan, setelah itu kami berhenti karena semakin banyaknya tugas kuliah.

Menyenangkan? Iya. Saya menikmatinya. Namun saya tidak terpikirkan lagi untuk berwirausaha, karena saat itu juga sibuk dan fokus di organisasi. Lalu akhir semester 4 saya mendapatkan rezeki lagi, seorang senior menawari saya untuk memberikan les privat, menggantikan dirinya yang mau KKN. Walaupun seminggu, saya mencoba mengambil privat ini, hitung-hitung cari pengalaman menurut saya. Saya memberikan privat kepada anak dokter, setiap Magrib saya naik ojek ke rumahnya. Jarak dari asrama saya ke rumah murid tersebut cukup jauh. Saya memberikan privat selama 2 jam, dan saya baru bisa pulang sekitar pukul 8-an, ojek langganan, saya suruh menunggu. Ternyata memberikan privat tidak gampang, lebih tepatnya gampang-gampang susah. Apalagi anaknya suka bercerita-ia sering ditegur oleh Ayahnya jika sudah mulai bercerita-dan saya sebagai guru harus pandai-pandai mengarahkannya kembali ke pelajaran. Bagaimanpun juga saya dibayar untuk mengajarin anaknya bukan mendengarkan curhatan anaknya. Menikmati? Iya. Saya juga menikmati pekerjaan ini. Apalagi yang satu ini, menulis!

Risol Chizune Sebelum Digoreng
Risol Chizune Setelah Digoreng
Saya benar-benar merasakn menjadi Freelance Writer baru beberapa bulan yang lalu, tepatnya akhir 2014.  Tiba-tiba saya mendapatkan email, sesorang menawarkan job kepada saya. Yang isinya kurang lebih, orang itu membutuhkan seorang Freelance Writer untuk mengisi tulisan di situs webnya. Saya tidak segera merespon pesan ini, karena saya belum yakin dapat mengerjakannya. Saya ditantang untuk menulis minimal 10 deskripsi produk setiap harinya, dan ssetiap deskripsi produk itu terdiri dari minimal 200 kata. Namun akhirnya di tengah-tengah kesibukan kuliah, saya mencoba mengirimkan 3 contoh tulisan seperti yang diminta sebelumnya. Dari 3 contoh tulisan yang saya kirimkan, saya diminta mengirimkan 2 contoh tulisan lagi sebagai bahan pertimbangan. Namun belum ada balasan hingga beberapa minggu, saya rasa saya tidak lulus seleksi. Tapi daripada menerka-nerka, saya memilih mengirimkan email lagi, menanyakan kabar perihal tulisan saya. Dari balasan email itu, terdapat permohanan maaf yang menyatakan bahwa email saya tenggelam karena saking banyaknya kandidat, namun saya termasuk dalam kualifikasi yang mereka cari. Dari situlah saya mulai menulis 100 deskripsi produk dalam waktu 10 hari hingga sekarang. Dan ini job yang sesuai dengan passion saya, saya cukup duduk manis di depan laptop. Dan sekarang, di sela-sela job saya, saya menyempatkan menulis di blog.
Email Balasan Bahwa Saya Diterima
Begitulah Allah mengabulkan apa yang terlintas di otak saya dulunya, sesuatu yang tidak disangka-sangka telah saya lalui. Allah Maha Besar. Allah Maha Pengasih. Allah Maha Penyayang. Allah Maha Segala-galanya. Nikmat Allah mana lagi yang kamu dustakan?

0 komentar:

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design