Minggu, 05 November 2017

Tentang Bu Ifa



Aku mengenalnya sebagai partner mengajar di kelas, hanya dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan. Tapi dalam waktu singkat itu aku sudah bisa mengenal karekternya. Betapa aku mengagumi Bu Ifa, attitudenya, skillnya, dan aku belajar banyak darinya. Untuk itu aku ingin mengabadikannya di blog ini. Maksud hati biar tidak hanya aku yang belajar darinya.

Masya Allah. Ia adalah perempuan yang cerdas, lahir dan batin menurutku. Sebelum aku berbicara lebih jauh perihal kelebihan-kelebihan Bu Ifa, aku akan bererita dulu ihwal perkenalanku dengannya. Aku dipartnerkan dengannya tersebab aku diterima sebaai guru di salah satu sekolah bilingual school di Kota Bandung. Cerita bisa mengajar di sekolah ini pun, berawal dari 'ketersesatan', tersesat yang indah. Kenapa aku bilang tersesat? Ya, karena tujuan utama ku selepas kuliah S1 bukanlah bekerja, tetapi melanjutkan pendidikan lagi.

Oke, baiklah. Back to Bu Ifa. Aku terdiam saat pertama kali sampai di pintu kelasnya, dia menyambut ramah dan sedikit berbasa-basi langsung menyuruh ku duduk di karpet, bergabung dengannya yang saat itu ia sedang memimpin anak-anak mengaji. Aku masih terdiam dan hanya bisa memperhatikannya. Setelah anak-anak mengaji dan waktunya literasi (membaca buku), dia mengajak ku duduk di kursi. Kursi ini adalah kursi partnernya yang sedang cuti melahirkan dan yang akan aku gantikan.

Bu Ifa bertanya lebih lanjut kepada ku, aku lupa pertanyaan apa yang dilontarkan Bu Ifa pertma kali. Yang jelas saat itu aku merasa canggung. Aku terlalu excited bisa diterima di sekolah ini, jadi aku masih membaca lingkungannya, membaca manajemen kelasnya yang unik, membaca para gurunya yang cerdas dan berwawasan global, dan membaca semuanya. Bukankah wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. juga menyuruh kita membaca. Untuk itulah aku mencoba membaca agar aku bisa beradaptasi di sini. 

Secara umum Bu Ifa bertanya tentang identitas diriku dan pastinya segala sesuatu tantang Padang (pertanyaan yang selalu aku dapatkan dimana pun itu :D). Aku menjelaskannya dengan senang hati, namun aku tak banyak bertanya tentang Bu Ifa. Aku terlalu takjub dengan caranya bertanya, tak pernah lepas dari senyum dan bahasanya halus. Pelajaran pertama yang bisa aku ambil dari hasil membacaku: friendly and easy going.  

Mungkin terlalu berlebihan atau ini sesuatu hal yang biasa, setiap orang baru pasti melakukan itu (ramah). Tapi bahasa tulisan tak cukup menggambarkan, sebab dibaca dengan hati secara langsung. Dan ini diakui semua orang di sekolah itu, tak hanya aku yang menilai Bu Ifa begeur. Aku yang baru masuk ke sekolah itu selalu dipahami dan dimengerti Bu Ifa bahwa, aku masih banyak belajar. Aku masih ingat (terasa geli jika aku mengingatnya sekarang), bagaimana aku merasa kikuk berdiri di hadapan murid-murid harus meajarkan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan bahasa Arab, sesuatu tantangan yang luar biasa bagiku, apalagi mengajar murid-murid kelas rendah (level 3/ kelas 3) yang harus ekpresif. Aku terlalu datar untuk hal ini, Bu Ifa memahami dan ikut 'terjun' membantuku mengguide anak-anak dengan nyanyian 'sifat-sifat Allah' yang tak terlalu ku hafal liriknya. Maafkan Bu Ifa, kebodoran ku. :D Pelajaran kedua: memahami dan mengerti kondisi orang lain.

Aku tau Bu Ifa juga sibuk dan banyak pekerjaan. Tapi beliau tidak menampakkan hal itu dengan sengaja. Dan aku kadang yang tidak terlalu peka. Aku belum paham soal team teaching di sekolah ini, aku pikir tugas ku hanya sekedar mengajar PAI dan Arabic. Ternyata tidak, aku harus seperti Bu Ifa, membantu teman yang kesusahan. Jadi kalau Bu Ifa kesusahan, sudah seharusnya aku membantu. Tidak melulu jadi pembanca, setelah menjadi pembaca, pelajaran ketiga: mulai bergerak.

Bu Ifa kalau lagi jenuh suka menggambar komik, aku baru tau Bu Ifa punya skill dalam bidang ini. Dan ternyata dia juga penulis. Ia sudah menelurkan satu novel yang berjudul '28 Detik'.  Tabarakallah ... Aku tidak hanya menemukan partner dalam mengajar, aku juga merasa menemukan partner dalam menulis. Lalu meluncurlah obrolan kita tentang 'menulis'. Pelajaran ke empat dari Bu Ifa: tidak hanya attitudenya yang bagus, tapi skillnya juga.

Bu Ifa adalah lulusan International Program on Science Education (IPSE), bahasa inggrisnya jangan ditanya, lancar mengalir seperti air. Apalagi yang kurang, sudahlah cantik, attitudenya bagus, jago bikin komik dan menulis, dan pintar bahasa Inggris. Tapi Bu Ifa tidak pernah merasa lebih dengan hal itu. Pelajaran kelima: Tetaplah rendah hati!

Bu Ifa, thanks ... sudah mengajarkan banyak pelajaran hidu berharga kepadaku secara tidak langsung.
Salam buat Bu Ifa di Banyuwangi yang kini sudah berkeluarga.

Bandung, 11 November 2017.

0 komentar:

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design