Kamis, 02 November 2017

Antara Seni, Sedekah, dan Memperkenalkan Permainan Tradisional pada Anak



Ceritanya saya berkunjung ke pasar pagi di dekat kosan, ini aktivitas mingguan yang suka saya lakukan. Biasanya setiap minggu pagi, taman di dekat kosan disulap menjadi pasar. Belanja sayuran, cemilan, pakaian, atau perlengkapan harian, cukup di sini. 

Saya ke sini sekedar untuk membeli cemilan. Namun hari itu ada yang unik saya temukan. Setelah saya berkeliling, di sebelah 'tukang cilok', saya menemukan seorang anak sedang menunggui barang dagangan.Yang ia jual bukanlah makanan, pakaian, atau buku seperti penjual lainnya. Namun beberapa handmade yang mempunyai nilai estetika. Seperti di gambar ini salah satunya.



Saya beli satu, sebab handmade yang tertata rapi beralas di atas karung itu menarik perhatian saya. Saya coba tanya harganya, ternyata tak begitu mahal, yang paling besar seperti di atas dihargai Rp 10.000,-  dan yag kecil Rp 3.000,-. Padahal saya membayangkan membuatnya sangat rumit. Saya langsung saja merogoh kocek dan tidak tega untuk menawar. Kalau dipikir, saya tidak terlalu butuh barang ini, tapi ada 3 hal yang memutuskan saya untuk membeli barang ini. 3 hal itu akan saya jelaskan nanti.

Saya tanya anaknya, siapa yang membuat semua ini. Dia jawab, bapak. Dan saya tanya lagi, apakah ia berjualan sendirian, ternyata tidak, dia berjualan bersama bapaknya, hanya saja bapaknya tidak di tempat saat itu.

3 hal tadi yang membuat saya memutuskan membeli handmade tersebut dan dapat kita jadikan pelajaran adalah:

1. Bernilai seni tinggi. Itu adalah barang bernilai seni tinggi menurut saya. Sebab saya belum pernah menemukan handmade seperti itu sebelumnya. Selain itu menggunakan bahan-bahan yang didaur ulang.

2. Sedekah. Ketika saya tanya harga dan saya langsung bayar, tidak terpikir untuk menawar adalah karena saya tidak tega melihat penjualnya. Mungkin saja dari hasil handmade ini, Ayahnya menyekolahkan anak tersebut.

3. Mempekenalkan permainan tradisional pada anak. Saya memang belum punya anak. Tapi handmade ini nantinya mau saya berikan kepada sepupu saya yang masih kecil, jadi saya berniat dengan hal ini kebiasan ngegamenya di gadget jadi berkurang, teralihkan pada permainan tradisional ini.

Simple saja sih ajakan saya, mari memperkenalkan permainan tradisional lagi pada anak! Semoga postingan ini bermanfaat. :)



2 komentar:

Triani Retno A mengatakan...

Setuju. Ada kalanya kita nggak perlu menawar harga. Sering perih ngeliat (biasanya) ibu-ibu tega banget nawar dagangannya pedagang kecil.

Nelvianti mengatakan...

Iya teh 😥

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design