Rabu, 14 Mei 2014

Zombigaret Mencari Mangsa


            I’m zombigaret                                                                     
            I’m zombigaret
            I’m zombigaret…! Hahaha…
          Suaruku bertambah sexy bukan? Sekarang suaraku berat seperti robot, dan desau nafasku sengau. Ku harap kau tak takut mendengarnya.
            Laki-laki sehat, kemarilah! Aku ingin menceritakan kepadamu tentang sebuah rahasia besar sebelum aku mati, tapi sebelum aku bercerita lebih banyak, ku harap kau maklum jika sesekali ceritaku ditingkahi batuk.
***
       Aku akan mencari mangsa, mencari teman-teman! Huk… huk.. huk… Aku tak ingin menjadi zombigaret sendirian! Huk… huk… Adakah diantara kamu yang ingin menemaniku untuk lima tahun ke depan saja, karena hidupku tak kan lama. Huk…
            Kau pasti penasaran dengan kisah hidupku bukan! baiklah, akan ku ajak kau berkelana. Bagaimana untuk pertama kau temani aku kemoterapi? Kau tak perlu susah-susah menjemputku ke rumah, karena sudah ada tongkat yang menemaniku beberapa bulan terakhir. Huk… huk…
***
          Tak usah kau tawari aku makanan! tak ada makanan yang dapat masuk ke mulutku. Lihat saja, bibirku penuh luka─kering dan mengelupas. Huk… huk….
           Sudahlah… kau tak usah heran melihatku selalu mengusap-usap leher. Benjolan besar ini benar-benar menggangguku. Ingin ku tusuk saja bongkahan yang menggantung di leher ini. huk.. huk… bisakah kau papah aku menemui dokter? Ternyata tongkat ini tak cukup kuat menyangga tubuh lemahku. Huk…
            Perkenalkan. Lelaki tua berjas putih dengan stetoskop menggantung di leher inilah orang yang paling sering ku temui selama beberapa tahun terakhir, tepatnya semenjak keadaanku memburuk. Sebelumnya aku tak pernah peduli dengan hidupku dan hidup orang lain.
            Dia sering melihatku menangis di sudut rumah sakit. Dia paham, aku menangis karena ku teringat akan dosa-dosaku. Masa-masa muda yang ku habiskan dengan sia-sia. Dulu, hidupku tak lebih dari lima bungkus rokok sehari. Kau tahu, akulah orang dengan tingkat stres paling tinggi dan tingkat iman paling rapuh. Jika aku didera masalah, maka rokok adalah pelarian.
            Waktu terasa singkat dan cepat berlalu jika sepotong rokok tejepit di jemariku. Patah-tumbuh, hilang-berganti. Filosofi ini agaknya cocok diibaratkan pada diriku yang tak pernah lepas dari rokok. Sesudah makan aku teringat rokok, saat meeting dengan klien aku teringat rokok, ketika kerjaan bertumpuk aku teringat rokok. Rokok… rokok… rokok! Semuanya hanya rokok. Aku sudah terhipnotis dengan benda silinder itu.
            Dan kau lihat hasilnya sekarang? Bagaimana tubuh kurus kering ini berjalan kelimpungan, wajah pujat, mata cekung dan kelopaknya hitam. Alhasil semua menjauhiku, bahkan rambut saja enggan tumbuh di kepalaku. Aku tak ubahnya seperti zombi―hidup enggan, mati tak mau. Padahal kau tahu, aku masih tiga puluh lima tahunan tapi fisikku tak ubahnya lelaki tujuh puluh tahunan.
           Au… sakittt… rasanya! saat jarum suntik itu menerobos kulitku dengan paksa. Aku tahu, kemoterapi ini cuma memperpanjang penderitaanku, bukan untuk menghindariku dari kematian. Obat-obat yang diberikan dokter hanya untuk penghilang rasa sakit.
            Dokter, sesungguhnya aku tahu, kanker tenggorokanku sudah stadium 4 dan sudah menyebar ke otak ku. Tapi aku puas, karena aku berhasil membeberkan rahasia besarku pada remaja lima belas tahunan yang mengantarku tadi.
            Au… sekali lagi aku mengerang. Tak dapat ku bayangi sakitnya, seperti kambing yang dikuliti hidup-hidup. Inikah akhir hidupku? [*]

Nelvianti, 14 Mei 2014.

Kampanyekan anti rokok! Like this fanpage:

Sumber Gambar: fanpage Zombigaret



0 komentar:

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design