Oleh : Hilmi Firdausi
Senin kemarin, timeline medsos ramai sekali dengan postingan Mahmud dan
Pahmud, baik yang Mahmud Pahmud ABAS (Anak Baru Satu) atau ABUBA (Anak
Buanyak Banget) 😁.
Sekedar lucu-lucuan sih no problemo, apalagi kalau sekolahnya "high
class", "sekolah elit", "sekolah bonafit", "sekolah unggulan", ada
perasaan bangga (semoga tidak bercampur ujub) pada saat mengantar
anak-anaknya ke Sekolah tersebut.
Namun ada satu hal yang patut
diingat dear mommies & daddies... Sebagus atau semahal apapun
sekolah anak-anak kita, sama sekali bukan jaminan untuk menghasilkan
anak yang sholih dan sholihah, anak yang berakhlaqul karimah. Saya
berkata ini karena sudah hampir 15 tahun mengelola lembaga pendidikan,
berinteraksi dengan banyak stakeholder pendidikan, bergaul dengan
berbagai kalangan dari dunia pendidikan...sehingga bisa mengambil sebuah
kesimpulan, bahwa sekolah terbaik adalah Keluarga, terutama untuk
anak-anak sampai dengan usia SD.
Adalah sebuah kemustahilan jika
kita mengharapkan anak-anak kita berakhlaq baik sedangkan di rumah
orangtuanya sering bertengkar, sering marah-marah, sering berkata
kasar...juga menjadi Mission (almost) Impossible jika mengharapkan
anak-anaknya menjadi anak yang taqwa, rajin sholat (berjamaah di Masjid
bagi yang pria), mampu menghafal Qur'an dengan baik, semangat dalam
menuntut ilmu terutama Ilmu Agama jika orangtuanya cuek terhadap agama.
Ayahnya malas sholat berjamaah di Masjid, Bunda juga seringkali sholat
tidak di awal waktu. Ayah Bunda malas menuntut Ilmu Agama, menghadiri
Kajian-kajian keislaman, jarang berinteraksi dengan Al-Qur'an, dsb dsb.
Kajian-kajian keislaman, jarang berinteraksi dengan Al-Qur'an, dsb dsb.
Perlu sahabat semua ketahui, panutan anak-anak adalah orangtuanya,
bukan gurunya. Sebagian anak-anak bahkan bercita-cita ingin seperti
orangtuanya. Ayah bagi seorang anak laki-laki adalah role model, sedang
bagi anak perempuan Ayah adalah "first love" mereka. Bunda...terlebih
seorang Bunda, baik anak laki-laki dan perempuan banyak yang menjadikan
sosok bundanya sebagai "malaikat pelindung".
Satu rahasia kecil,
para ulama dan orang bijak terdahulu jika mendapati anaknya berbuat
kurang baik, berkata tidak jujur, sulit diatur...maka mereka pertama
akan menyalahkan diri mereka sendiri, bahkan menghukum diri mereka
sendiri...kenapa anak-anak saya bisa seperti ini ? Apakah saya telah
berbuat dosa ? Apakah ada makanan haram yang saya berikan untuk
anak-anak saya ? Itulah sejatinya orangtua yang baik. Setiap ada
kejadian yang kurang mengenakkan tentang buah hati, mereka langsung
bermuhasabah, bukan menyalahkan si anak, bukan menyalahkan orang lain,
bukan mengkambinghitamkan sekolah dan lingkungan, walau secara
keseluruhan ada juga faktor-faktor pemicu kenakalan anak-anak kita,
namun faktor terbesar adalah kelalaian orangtuanya.
Jadi, memang
baik mencari Sekolah yang terbaik untuk buah hati kita, namun lebih dari
itu semua...mari kita sebagai orangtua belajar menjadi guru kehidupan
buat anak-anak kita. Guru yang akan terus dikenang "baik dan buruknya"
oleh anak-anak kita. Guru yang tidak hanya mengantarkan anak-anak ke
gerbang wisuda, tapi lebih jauh mengantarkan mereka masuk ke gerbang
Surga.
Yuuk...sahabat semua, kita berdoa untuk kebaikan
anak-anak kita, dan kita juga terus bermohon agar Allah selalu
memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi orangtua yang baik, yang
menjadi uswatun hasanah buat putra-putri kita, investasi dunia akhirat
kita.
Semoga bermanfaat...
0 komentar:
Posting Komentar