Tidak ada salahnya kalinya, saya posting hasil tulisan saya yang menjadi pemenang Blog Competition Tanoto, Pentingnya Guru Menulis. Bukan mau maksud pamer atau unjuk diri, tapi sebagai bahan dokumentasi saja, dan syukur-syukur dapat diambil manfaatnya bagi pembaca sekalian. :-)
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Judul : Ku Tebar Inspirasi Lewat Tulisan
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Judul : Ku Tebar Inspirasi Lewat Tulisan
Ketika Tanoto Foundation
menyelenggarakan Blog Competition, “Pentingnya Guru Menulis”, saya
mulai mengingat-ngingat, kira-kira siapa guru yang cocok saya tuliskan
pengalamannya di sini. Hal ini tidak mudah, pasalnya tidak banyak guru
yang suka menulis, sementara Tanoto Foundation Blog Competition
menginginkan tulisan yang berupa reportase atau pengalaman dan itu
artinya harus ada contoh nyata. Dan saya baru teringat seorang guru yang
memberikan saya contoh begitu nyata.
Adalah
Erma Bahar, guru saya ketika SMA. Tak banyak yang mengenal sosoknya di
bidang menulis. Ia hanya dikenal sebagai PNS, ia hanya dikenal sebagai
guru Sejarah di SMA saya, bahkan di kalangan teman-teman saya, Bu Erma
dikenal dengan guru yang ‘agak’ galak. Namun, saya sendiri mempunyai
penilaian berbeda terhadapnya. Saya tahu bahwa, di balik sikapnya yang
disiplin dan terkesan galak, Bu Erma menebar berjuta inspirasi.
Inspirasi tersebut ia tebarkan melalui prestasinya di bidang menulis.
Saya
sendiri baru menyadari hal ini setelah mengikuti Lomba Cerdas Budaya
yang dibimbing Bu Erma langsung. Di situ saya mulai mengenal sosok Bu
Erma, saya mendapati bahwa, guru saya ketika SMA ini mempunyai kecintaan
yang sangat besar terhadap dunia menulis. Bu Erma ternyata sering
mengikuti lomba menulis mulai dari tingkat lokal hingga tingkat
nasional, dan tak jarang menjadi finalis. Ia pernah menjadi finalis
lomba RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tingkat Sumatera Barat
tahun 2007, dan finalis lomba inovatif teacher dalam menulis
PTK (Penelitian Tindakan Kelas) tingkat nasional tahun 2008. Tidak hanya
menulis di bidang non fiksi, Bu Erma juga menulis di bidang fiksi.
Ketertarikannya di bidang fiksi dibuktikan
dengan partisipasinya pada Lomba menulis cerpen antar guru SMA tingkat
nasional tahun 2010. Tak semua tulisannya yang diikuti lomba meraih
juara, kadang Bu Erma ‘harus’ puas sebagai peserta saja. Baginya tak
masalah, yang penting sudah ada kemauan untuk menulis, ungkapnya.
Banyak
pelajaran yang saya ambil dari Bu Erma, tidak hanya tentang kemauannya
untuk menulis, juga tentang dirinya yang ‘haus’ prestasi, tapi lebih
dari itu, caranya menghargai seseorang! Bu Erma pernah meminta saya
untuk mengomentari tulisannya yang akan diikutsertakan dalam sebuah
lomba. Saya sendiri kaget, karena saya rasanya belum pantas mengomentari
tulisan guru saya sendiri yang menurut saya mempunyai kemampuan di atas
saya. Tapi dengan tulus Bu Erma menyampaikan bahwa, ia bisa mengambil
pelajaran dari siapa saja, tidak hanya dari orang-orang tertentu, tapi
dari setiap orang. Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap
orang, katanya. Bagi saya, ini sebuah motivasi yang luar biasa, ketika
saya merasa [belum] mempunyai kemampuan untuk menulis, saya justru
mendapat kepercayaan dari seorang guru. Seorang guru yang meyakinkan
saya bahwa, setiap orang mempunyai kemampuan untuk menulis, yang
diperlukan hanyalah menggali potensi diri terus-menerus. Mendengar
kata-kata ini, semangat saya langsung terlecut, percaya diri saya
tumbuh, dan saya yakin bahwa saya juga bisa!
Saya
yang dulu cuma bisa bermimpi menerbitkan tulisan tanpa aksi─karena
memang tidak tahu jalan yang harus ditempuh─bagai menemukan oase di
tengah padang pasir yang tandus. Sejak saat itu, saya punya ‘teman’ yang
bisa sdiajak kompromi untuk memberikan perubahan lewat tulisan. Tulisan
pertama saya terbit di Koran Singgalang, disusul tulisan saya
berikutnya, dan berikutnya lagi. Dengan bangga saya tunjukan kepada Bu
Erma tulisan saya yang memuat profil dirinya. Bu Erma begitu terharu,
dan terus menyemangati saya untuk menulis. Bagi saya, ini bukanlah
pandangan yang subjektif, tapi pandangan yang objektif, karena
teman-teman saya yang lain terpacu juga semangatnya untuk menulis. Kami
berpacu-pacu menerbitkan lebih banyak tulisan di Koran, dan hal ini
menjadi perhatian guru-guru kami yang lain di sekolah, bahkan sempat
menjadi pusat perhatian di sekolah.
Setiap
minggu kami selalu berebut Koran di kantor, melihat kalau-kalau ada
tulisan kami yang dimuat. Tercatat, saya, dan lima orang teman saya
berhasil menembus Koran lokal tersebut. Kami bebas menuliskan apa saja
di Koran, mulai dari berita sekolah hingga cerita seputar remaja. Kami
bisa menyalurkan ekspresi, kami bisa berkomentar dan menyampaikan kritik
serta saran lewat tulisan. Dengan menulis kami dapat mengisi waktu
luang dengan hal yang bermanfaat, dan kami bisa memberikan inspirasi
kepada anak-anak lain. Saya jadi berpikir, seandainya semua guru
mempunyai kemauan untuk menulis seperti ini, pasti lebih banyak murid
yang terinspirasi.
Pada
kenyataannya menulis memberikan banyak manfaat, baik buat diri sendiri
maupun buat orang lain. Sebagaimana yang dikatakan Ayunis, salah satu
teman saya yang tulisan pernah terbit di Koran.“Ternyata menulis itu
banyak manfaatnya, selain berbagi ilmu, juga bisa menambah uang saku.”
Ungkapnya sambil terkekeh. Lain lagi yang dikatakan Noval, adik kelas
saya yang tulisannya juga ‘menyusul’ terbit di Koran, menurutnya,
semenjak ia disibukan dengan dunia menulis, ia tidak pernah lagi ke
warnet untuk bermain game, malahan sekarang ia ke warnet sibuk mengirim
email agar tulisannya tidak lewat deadline.
Bu
Erma memang bagai oase yang memberikan kesejukan kepada anak-anak
didiknya di tengah buruknya pengaruh lingkungan. Ia adalah contoh nyata
guru yang kreatif, semangatnya selalu menggebu-gebu tak terhalang oleh
usianya, ia terus menebar manfaat lewat tulisan walau [mungkin]
dampaknya kecil bagi sebagian orang, tapi hal yang kecil itu mampu
membawa perubahan yang besar. Ia merupakan salah satu sosok yang
mengantarkan saya hingga bisa seperti sekarang ini. Walaupun saya belum
menjadi penulis yang sesungguhnya, tapi setidaknya saya sudah menjadikan
menulis sebagai kebutuhan pribadi saya. Dan saya bertekad akan
menyalurkan semangat menulis ini ke seluruh orang, terutama ke anak
murid saya seperti yang dilakukan Bu Erma. Ini langkah awal saya sebagai
calon guru SD. Dan beruntungnya, saya didukung dengan lingkungan yang
kondusif. Di kampus, saya banyak bertemu orang-orang hebat, salah
satunya dosen saya, Pak Tatang Suratno yang menjadi salah satu pemateri
di acara ‘Nangkring Bareng Tanoto Foundation’. Saya berharap nanti bisa
bertemu dengan Bapak Sukanto Tanoto,
saya akan mengucapkan terima kasih atas peran sertanya di dunia
pendidikan. Indonesia beruntung masih mempunyai orang-orang yang sangat
peduli dengan pendidikan.
Mengenai
acara ‘Nangkring Bareng Tanoto Foundation’, saya sudah berniat akan
ikut karena temanya menarik, ‘Guru Kreatif, Anak Aktif’, tapi jarak yang
tidak memungkinkan membuat saya harus melepas seminar yang sangat
bermanfaat ini. Tema seminar ini sesuai dengan apa yang dilakukan Bu
Erma, dimana ketika Bu Erma menjadi guru yang kreatif, anak-anaknya
bertindak lebih aktif.
Sebenarnya
untuk menjadi seseorang yang ‘bisa’ menulis itu gampang, yang penting
punya kemauan. Berikut ada beberapa tips yang saya rangkum dari
pengalaman sendiri dan pengalamn orang-orang sekitar agar dapat
menumbuhkan kecintaan terhadap dunia tulis-menulis:
- Rajin membaca buku. Baca buku jenis apa saja, karena dengan rajin membaca kita mempunyai banyak kosa kata dan mengetahui berbagai macam gaya menulis seseorang. Dan biasanya orang yang suka menulis, suka juga membaca. Untuk orang tua dan guru sering-seringlah membacakan cerita kepada anak. Pengalaman pribadi, dulu ketika SD saya tertarik membaca karena sering mendengar guru saya membacakan cerita dengan intonasi yang pas.
- Bergaulah
dengan lingkungan yang kondusif, maksudnya bergabung dengan orang-orang
yang suka menulis. Di media sosial banyak sekali bertebaran grup-grup
menulis yang membuka diri bagi siapa saja yang mau belajar menulis
dengan baik dan benar, yang diperlukan hanyalah usaha aktif untuk
mencari dan menyambangi grup-grup menulis tersebut.
- Mulailah menulis, jangan katakan nanti! Tulis apa saja yang berseliweran di kepala. Kalau tulisannya amburadul, biarkan saja dulu. Tulisan tersebut nanti akan berproses, semakin sering kita menulis, akan semakin baik tulisan kita.
Itulah
tips-tips singkat yang dapat saya berikan, semoga tips tersebut
bermanfaat, dan saya berharap semakin banyak orang yang menulis untuk
perubahan. Saya tutup tulisan ini dengan quotes:
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ?
Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin,
akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
― Pramoedya Ananta Toer
Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin,
akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
― Pramoedya Ananta Toer
Link tulisan selengkapnya: http://edukasi.kompasiana.com/2014/11/20/ku-tebar-inspirasi-lewat-tulisan-687582.html
0 komentar:
Posting Komentar