Kamis, 12 Februari 2015

Pertemuan Pertama dengan Archimedes, Pertemuan Terakhir dengan ….



Awal Mula Saya Menyukai Fisika
            Siapa yang menyangka, saya bakalan jatuh hati pada pelajaran yang satu ini. Pelajaran yang sebagian besar tidak disukai teman-teman saya ketika SMP. Ya, saya mulai mengenal Fisika di SMP. Waktu itu, guru saya menerangkan pelajaran ini dengan sangat menyenangkan, sehingga saya tertarik untuk mempelajarinya. Guru saya, seorang perempuan muda, kala itu berkata, “Ibu akan memperkenalkan kalian dengan pacar Ibu!” Wow, excited sekali pikir saya. Saya kaget mendengarnya. Lalu Ibu itu berkata lagi, “Pacar Ibu yang satu ini bernama Archimedes.” Saya rasa mulai ada yang janggal.
“Di dalam Fisika, kalian akan banyak mempunyai pacar.” Katanya lagi.
“Ada Archimedes, ada Pascal, ada Newton, dan ….” Di sini saya baru mengerti, ternyata yang dimaksud Ibu itu adalah, ilmuwan-ilmuwan Fisika. Di dalam buku paket Fisika SMP kami memang diselipkan profil ilmuwan Fisika disetiap BABnya.
Mmmh… menarik juga cara Ibu ini menyampaikannya. Dia menyampaikan pelajaran dengan semangat dan berapi-api, saya jadi ikutan semangat mendengarnya. Bahkan, ketika teman saya bertanya, “Bu, untuk apa sih belajar Fisika itu?” Ibu itu dengan senang hati menjelaskan.
“Kamu suka main ke pantai?”
“Suka, Bu.”
“Kalau kamu main ke pantai suka pakai sandal atau high heels?”
“Ya, pakai sandal lah Bu, kan capek kalau pakai high heels.”
“Kenapa capek pakai high heels?”
“Ya … gak tahu Bu, karna tumitnya runcing kali Bu.”
“Nah itu, Pe sama dengan Ef per A. Tekanan akan semakin besar jika kamu pakai sepatu yang semakin kecil tumitnya.”
Jadi intinya, Ibu itu menjelaskan bahwa Fisika itu sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Contoh lainnya, jika kamu memahami hukum Fisika, kamu tidak akan memproduksi atau membuat ember yang bagian bawah atau alasnya lebih besar dari bagian atasnya. Sebab hal itu akan merugikanmu sendiri, embernya jadi berat saat diisi air, tidak ada yang beli, ember kamu jadi tidak laku, dan ujung-ujungnya kamu bangkrut. Coba saja kamu perhatikan, pasti semua ember bagian bawahnya lebih kecil dari bagian atasnya.  Itu alasanya supaya ember tersebut gak berat saat diisi air. Teman saya manggut-manggut, sementara  saya sudah bisa memahami hal ini sebelumnya.
Jujur, ketertarikan saya pada suatu mata pelajaran, berawal dari guru mata pelajaran tersebut. Jika gurunya pintar menerangkan pelajaran itu maka, saya akan mengerti. Dan jika sudah mengerti, tentunya saya akan menyenangi pelajaran itu. Begitu juga dengan Fisika ini, apa yang disampaikan gurunya langsung saya tangkap. Saya sering maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal-soal latihan, tak jarang nilai ulangan Fisika saya 10, bahkan saya sempat diikutsertakan olimpiade Fisika, tapi gak jadi karena guru pembimbingnya sibuk.
Ujung-ujungnya saya diberi pengayaan, yang diberi pengayaan hanya saya sendiri, sementara teman-teman yang lainnya belum. Ibu guru jadi mengenali saya, nama saya sering disebut, sehingga membuat teman-teman iri. Hal itu diketahui, saat Bu guru meminta saya dan teman-teman menuliskan tentang kritik dan saran terhadap dirinya. Di saat itulah teman saya menyampaikan protesnya bahwa, ia merasa si Ibu guru pilih kasih.
Arti Fisika Bagi Saya
Semenjak saat itu saya menyukai Fisika. Namun harus saya akui, kadar kesukaan saya sedikit berkurang, sebab ganti guru ketika akan naik kelas III SMP hingga SMA. Namun saya masih mengharapkan sesuatu yang lebih dari Fisika, hingga saya berniat untuk masuk jurusan Pendidikan Fisika ketika kuliah.
Hal itu nyatanya tidak terwujud.  Saya harus membayar mahal untuk hal itu, membetah-betahkan hati, menahan rindu untuk belajar Fisika. Tiga bulan kuliah di jurusan PGSD, benar-benar membuat saya kering kerontang, dijejali teori terus-menerus tanpa saya temui pelajaran hitungan. Pernah suatu ketika terbesit dalam hati saya untuk pindah ke jurusan Pendidikan Fisika.  Memang sebelumnya saya tidak berniat masuk jurusan PGSD, kurang menantang ungkap saya kala itu. Sekedar membesarkan hati, S2 saya nanti di jurusan Fisika. Wallahu a’lam. Saya tak yakin, niat ini akan benar-benar saya lakukan.
Dan sekarang, salah satu alasan saya masuk kosentrasi IPA adalah ingin bertemu Fisika, saya rindu belajar tentang tata surya, sebab hal itu menyadarkan saya, betapa Allah itu Maha Besar.

Nelvianti. Serang, 12 Februari 2015
*Tulisan ini sebagai tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Fisika

6 komentar:

Tomi Azami mengatakan...

kalau gak betah pindah aja. ikuti kata hati. kalau s2 fisika jadi gak liner dong sama s1 nya. saran aja sih.

Nelvianti mengatakan...

Haha... terima kasih atas sarannya @Tomi Azami. Sekarang udah betah kok & aku udah gak berniat lagi ngambil S2 Pendidikan Fisika, makanya aku bilang Wallahu a'lam. Tulisan ini hanya kenangan atas kekonyolan ku di masa lampau. :D

Aul Howler's Blog mengatakan...

Gaul. Kalo aul suka fisika gara-gara gaya gesekan. hi hi hi

Nelvianti mengatakan...

Hehe iya Aul, sepertinya dirimu juga punya cerita yang lebih menarik.

Unknown mengatakan...

Jujur selama sekolah dulu saya belom pernah belajar yang namanya pelajaran fisika. Mempelajari matematika aja udah lumayan agak sulit kalau otak sama tangan ga bisa kompromi haha

Nelvianti mengatakan...

Hehe... kok bisa gitu Mbak Ai Wida?

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design