Ku tatap seragam lusuh di tepi bilik. Warnanya bercerita akan ia tak muda lagi, putihnya menjadi kelabu. Namun sakunya masih setia menyimpan sejuta kenangan.
Lalu ku coba menghampirinya, mengusap setiap lipatannya. Mmh… auranya menguapkan kehangatan. Hangatnya persahabatan tujuh belasan.
Di tepi koridor, di bawah pohon, kita menyulam benang-benang asa. Berharap menjadikannya selendang kesuksesan yang dapat menutup diri dari panasnya kehidupan.
Dan kau berkata, “Inilah masa-masa yang paling indah kawan, tak kan terlupakan!”
Aku rindu mencipta tawa denganmu; berbagi sepotong ikan saat mengisi cacing-cacing yang kelaparan; mencabuti ladang gandum untuk dapat masuk kelas; atau hanya sekedar mendengar ceritamu yang tak pernah habis.
Dan kali ini aku masih berdiri merenda asa, menyiapkan sebongkah cerita untukmu.
Padang, 2 Mei 2012
0 komentar:
Posting Komentar