Senin, 31 Desember 2018

Catatan Pertama Ketika Saya Berkerudung

Foto: dok.pri


Bukan tidak jarang pertanyaan ini saya dapatkan… “Kau sekarang berkerudung? Sejak kapan kau berkerudung? Kau hebat, mampu istiqomah.” Sungguh, ini bukanlah hal mudah untuk saya takhlukkan. 7 tahun saya mencoba berkerudung-sejak awal masuk SMP-dan selama itu saya tak tersentuh hidayah. Kerudung saya hanya kerudung akademis, yang saya pakai hanya ketika di sekolah. Di luar sekolah, kerudung saya lepas. Memang saya belum memahami betul arti menutup aurat kala itu, yang saya tahu hanya keajiban mentup aurat dari Walikota Padang yang mewajibkan seluruh siswi mulai dari SD hingga SMP untuk menutup auratnya.

Saya tidak tahu persis kapan saya mendapatkan hidayah itu, dan saya tidak tahu apakah itu bisa disebut hidayah atau tidak. Yang jelas… semua mengalir begitu saja.

Semenjak bimbel SNMPTN, saya mencoba istiqomah untuk berkerudung dan memantapkannya saat kuliah di UPI.

Jujur, saat memilih perguruan tinggi dan memilih jurusan, bukanlah perguruan tinggi favorit atau jurusan yang banyak digandrungi yang saya mohonkan pada Allah. Tapi… “Tempatkanlah saya di tempat orang-orang sholeh dan sholehah.” Itulah doa saya kala itu. Tak berlebihan memang, ini adalah bentuk kepasrahan hati saya yang benar-benar pasrah kala itu. Dari 3 PTN yang saya pilih, semuanya berada di luar Provinsi Sumatera Barat, tidak ada satu pun yang di Sumatera Barat. 1 PTN di Bandung, 1 di Palembang, dan 1 lagi di Riau.

Bahkan hingga sekarang saya berniat untuk kuliah S2 di luar negeri, harus saya pertanyakan kembali ke hati saya. Sudah siapkah keimanan saya, di tempat yang suara adzan mungkin jarang terdengar?

Sungguh saya masih belajar, berkerudung bukan berarti membuat saya tak luput dari salah dan dosa. Jika teman-teman menemukan kekurangan dalam diri saya, semuanya tak lebih dari bahwa, saya hanya manusia biasa.


0 komentar:

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design