Rabu, 03 Juli 2019

Penantian Panjangku Berujung di Valentine



            Aku benci 14 februari. Hari yang dianggap semua orang sebagai hari kasih sayang, hari yang dirayakan semua orang dengan senang. Tapi tidak begitu denganku. Bagiku valentine itu menyakitkan, tidak perlu dirayain. Kenapa sih harus ada valentine??? Tapi tidak adil rasanya jika aku menyalahkan valentine. Semua ini gara-garamu!
Senja itu kamu berjanji akan menemuiku. Kita akan merayakan valentine berdua ungkapmu. Aku bahagia sekali saat kau katakan itu padaku. Bagi orang sepertiku, itu merupakan  hal yang luar biasa. Ya, aku tidak pernah merayakan hari kasih sayang itu sebelumnya. Bagiku setiap hari adalah hari kasih sayang. Tapi 14 februari di 2007 itu, memang terasa beda bagiku. Hari itu terasa sangat istimewa, karena kamulah orang pertama yang mengajakku kencan.
            Aku sudah dapat bayangkan bagaimana indahnya hari itu, seperti yang diceritakan teman-temanku. Teman-teman yang selalu mengolok-olokkanku. Kata mereka aku anak manja, aku masih kecil. Masa seumur ini belum pernah merasakan indahnnya valentine berdua dengan pasangan. Mereka bilang aku rugi kalau tidak merasakannya.
            Aku ingat saat pertama kali mengenalmu lewat handphone. Saat itu sebuah nomor yang tak kukenal menghubungiku. Aku malas menanggapinya, karena kupikir itu hanya orang-orang iseng yang kurang kerjaan. Tapi karena terlalu sering kau menghubungiku, aku akhirnya mengangkat telfonmu.
Sebelum mengenalmu aku sangat kesepian. Tapi sekarang tidak lagi, karena kehadiranmu telah membuat hari-hariku sangat menyenangkan. Setiap hari kamu rela mengantar dan menjemputku di sekolah. Kamu juga banyak bercerita kepadaku, tentang sekolah, tentang teman-temanmu. Tapi satu yang tidak kamu ceritakan kepadaku, tentang keluarga dan rumahmu. Aku tak mengerti apa yang kamu sembunyikan dariku. Padahal aku cukup terbuka kepadamu, aku sering mengajakmu kerumah dan memperkenalkanmu dengan mama.
            Mama tak punya penilaian buruk tentangmu, mama senang akhirnya anak perempuannya mempunyai seseorang yang istimewa. Tapi tak banyak kuceritakan tentangmu kepada mama. Termasuk tentang kencan pertama kita dihari itu. Kamu menyuruhku menunggumu di tempat favoritmu, di tepi danau yang sangat sejuk. Sebelumnya kamu pernah sekali mengajakku kesana saat pulang sekolah.
            Aku yakin di tempat ini kamu akan memberikan surprise buatku, sama seperti aku yang menyiapkan kado terindah untukmu. Sebuah syal yang kusulam sendiri, yang telah kupersiapkan seminggu yang lalu sebelum hari valentine tiba. Tanganku sampai sakit karenanya. Tapi tak apalah, itu semua kulakukan tulus demimu. Syal bewarna coklat warna kesukaanmu itu, kumasukkan dalam kotak pink berbentuk love dan kuikat dengan pita sedemikian cantiknya.
            Aku berharap dapat melihatmu tersenyum saat menerima kado itu dariku. Aku juga sudah berdandan dengan cantik saat itu, kupakai gaun warna pink. Sebenarnya aku tak terlalu suka dengan warna pink. Tapi karena itu warna romantis aku mencobanya. Dileherku ku kalungkan  seuntai kalung berinisial RG. Regia dan Gio. Aku sangat menyukai kalung pemberianmu itu.
            Aku sudah duduk dengan manis, disebuah kursi di tepi danau. Dengan sabar aku menunggu kehadiranmu. Kado itu kuletakkan di atas pangkuanku. Tapi aku tak cukup sabar untuk menunggumu yang tak kunjung datang.  Aku mencoba menghubungi ponselmu berkali-kali tapi mengapa  tiba-tiba nomormu tidak aktif.
            Akh, aku kecewa padamu. Aku kembali terpuruk dalam jurang kesepian. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Kamu tidak pernah menjemputku dan mengantarkanku ke sekolah lagi. Kamu benar-benar orang paling jahat sedunia. Aku berjanji tak mau kenal denganmu lagi. Tapi tampaknya rasa benciku kepadamu hanya sesaat. Buktinya aku masih menyimpan kado yang tak sempat kuberikan padamu itu dengan rapi. Setiap hari aku memandangi kotak pink yang kupajang di lemariku itu, berharap suatu saat nanti kamu akan menerimanya.
            Kini tinggal diriku sendiri merajut hati yang telah kau lukai. Tidakkah kau lihat sekarang aku sudah jadi mahasiswi, aku yakin kaupun pasti sudah menjadi mahasiswa. Tapi sayangnya aku tidak tahu dimana kampusmu?! Bagaimana aku bisa tahu, aku juga tidak mengetahui rumahmu. Sudah kutanyakan pada teman-temanmu, tapi mereka semua juga mencarimu. Aku juga tak bisa menjawab pertanyaan mama, saat mama menanyakan kenapa kamu tak pernah datang lagi ke rumahku.
Sekarang 14 februari 2010. Disini aku ditemani hujan, berdiri di sudut halte. Pikiranku menerawang saat aku sering berkunjung ke danau itu. Aku berharap bisa bertemumu disana. Aku yakin kamu pasti datang ke tempat itu lagi. Tapi mengapa terlalu lama? Mengapa terlalu lama kamu biarkan aku menunggu??? Tiga tahun bukan waktu yang sebentar.
Aku harus bagaimana lagi??? Apa aku kubur saja semua kenangan tentang kita dan membiarkan pria lain mengisi hatiku?! Tapi aku belum resmi putus darimu, kau menggantungkan hubungan kita.
***
“Mbak bisa geser sedikit, saya mau duduk!” Suara itu membuyarkan lamunanku. Sepertinya aku mengenal suara itu. Aku menoleh tanpa menjawab. Kupandangi wajah itu, lama…sekali. “Gio…” tiba-tiba aku berucap lirih.
“Anda memanggil saya?? Anda mengenal saya??? ”
“Kamu tak ingat aku??? Aku Regia.”
“Regia??? Maafkan aku Regia. Aku…”
“Kemana saja dirimu? Sudah lama kau kutunggu-tunggu. Kenapa kau menghilang??” Mataku berkaca-kaca. Aku lalu menarik sebuah kotak pink dari dalam tas. Kotak ini yang selalu kubawa sejak tadi pagi dan selalu kutenteng kemana-mana. Alasannya cuma satu, karena hari ini hari valentine. Karena aku yakin akan menemukan cintaku kembali dihari ini. Terima kasih Tuhan telah Kau kembalikan permataku yang hilang.

Cerpen Oleh: Nelvianti

*ngerayain valentine itu gak tepat tapi entah kenapa saya dulu bisa menulis cerpen sealay ini. Bersyukur segera sadar.  


0 komentar:

 

Pedagogik Template by Ipietoon Cute Blog Design