Aku benci 14 februari. Hari yang dianggap semua orang sebagai hari kasih
sayang, hari yang dirayakan semua orang dengan senang. Tapi tidak begitu
denganku. Bagiku valentine itu menyakitkan, tidak perlu dirayain. Kenapa sih
harus ada valentine??? Tapi tidak adil rasanya jika aku menyalahkan valentine.
Semua ini gara-garamu!
Senja itu
kamu berjanji akan menemuiku. Kita akan merayakan valentine berdua ungkapmu.
Aku bahagia sekali saat kau katakan itu padaku. Bagi orang sepertiku, itu
merupakan hal yang luar biasa. Ya, aku tidak pernah merayakan hari kasih
sayang itu sebelumnya. Bagiku setiap hari adalah hari kasih sayang. Tapi 14
februari di 2007 itu, memang terasa beda bagiku. Hari itu terasa sangat
istimewa, karena kamulah orang pertama yang mengajakku kencan.
Aku sudah dapat bayangkan bagaimana indahnya hari itu, seperti yang diceritakan
teman-temanku. Teman-teman yang selalu mengolok-olokkanku. Kata mereka aku anak
manja, aku masih kecil. Masa seumur ini belum pernah merasakan indahnnya
valentine berdua dengan pasangan. Mereka bilang aku rugi kalau tidak
merasakannya.
Aku ingat saat pertama kali mengenalmu lewat handphone. Saat itu sebuah nomor
yang tak kukenal menghubungiku. Aku malas menanggapinya, karena kupikir itu
hanya orang-orang iseng yang kurang kerjaan. Tapi karena terlalu sering kau
menghubungiku, aku akhirnya mengangkat telfonmu.
Sebelum
mengenalmu aku sangat kesepian. Tapi sekarang tidak lagi, karena kehadiranmu
telah membuat hari-hariku sangat menyenangkan. Setiap hari kamu rela mengantar
dan menjemputku di sekolah. Kamu juga banyak bercerita kepadaku, tentang
sekolah, tentang teman-temanmu. Tapi satu yang tidak kamu ceritakan kepadaku,
tentang keluarga dan rumahmu. Aku tak mengerti apa yang kamu sembunyikan
dariku. Padahal aku cukup terbuka kepadamu, aku sering mengajakmu kerumah dan
memperkenalkanmu dengan mama.
Mama tak punya penilaian buruk tentangmu, mama senang akhirnya anak perempuannya
mempunyai seseorang yang istimewa. Tapi tak banyak kuceritakan tentangmu kepada
mama. Termasuk tentang kencan pertama kita dihari itu. Kamu menyuruhku
menunggumu di tempat favoritmu, di tepi danau yang sangat sejuk. Sebelumnya
kamu pernah sekali mengajakku kesana saat pulang sekolah.
Aku yakin di tempat ini kamu akan memberikan surprise buatku, sama
seperti aku yang menyiapkan kado terindah untukmu. Sebuah syal yang kusulam
sendiri, yang telah kupersiapkan seminggu yang lalu sebelum hari valentine
tiba. Tanganku sampai sakit karenanya. Tapi tak apalah, itu semua kulakukan
tulus demimu. Syal bewarna coklat warna kesukaanmu itu, kumasukkan dalam kotak
pink berbentuk love dan kuikat dengan pita sedemikian cantiknya.
Aku berharap dapat melihatmu tersenyum saat menerima kado itu dariku. Aku juga
sudah berdandan dengan cantik saat itu, kupakai gaun warna pink. Sebenarnya aku
tak terlalu suka dengan warna pink. Tapi karena itu warna romantis aku
mencobanya. Dileherku ku kalungkan seuntai kalung berinisial RG. Regia
dan Gio. Aku sangat menyukai kalung pemberianmu itu.
Aku sudah duduk dengan manis, disebuah kursi di tepi danau. Dengan sabar aku
menunggu kehadiranmu. Kado itu kuletakkan di atas pangkuanku. Tapi aku tak
cukup sabar untuk menunggumu yang tak kunjung datang. Aku mencoba
menghubungi ponselmu berkali-kali tapi mengapa tiba-tiba nomormu tidak
aktif.
Akh, aku kecewa padamu. Aku kembali terpuruk dalam jurang kesepian. Bagaimana
semua ini bisa terjadi? Kamu tidak pernah menjemputku dan mengantarkanku ke
sekolah lagi. Kamu benar-benar orang paling jahat sedunia. Aku berjanji tak mau
kenal denganmu lagi. Tapi tampaknya rasa benciku kepadamu hanya sesaat.
Buktinya aku masih menyimpan kado yang tak sempat kuberikan padamu itu dengan
rapi. Setiap hari aku memandangi kotak pink yang kupajang di lemariku itu,
berharap suatu saat nanti kamu akan menerimanya.
Kini tinggal diriku sendiri merajut hati yang telah kau lukai. Tidakkah kau
lihat sekarang aku sudah jadi mahasiswi, aku yakin kaupun pasti sudah menjadi
mahasiswa. Tapi sayangnya aku tidak tahu dimana kampusmu?! Bagaimana aku bisa
tahu, aku juga tidak mengetahui rumahmu. Sudah kutanyakan pada teman-temanmu,
tapi mereka semua juga mencarimu. Aku juga tak bisa menjawab pertanyaan mama,
saat mama menanyakan kenapa kamu tak pernah datang lagi ke rumahku.
Sekarang 14
februari 2010. Disini aku ditemani hujan, berdiri di sudut halte. Pikiranku
menerawang saat aku sering berkunjung ke danau itu. Aku berharap bisa bertemumu
disana. Aku yakin kamu pasti datang ke tempat itu lagi. Tapi mengapa terlalu
lama? Mengapa terlalu lama kamu biarkan aku menunggu??? Tiga tahun bukan waktu
yang sebentar.
Aku harus
bagaimana lagi??? Apa aku kubur saja semua kenangan tentang kita dan membiarkan
pria lain mengisi hatiku?! Tapi aku belum resmi putus darimu, kau
menggantungkan hubungan kita.
***
“Mbak bisa
geser sedikit, saya mau duduk!” Suara itu membuyarkan lamunanku. Sepertinya aku
mengenal suara itu. Aku menoleh tanpa menjawab. Kupandangi wajah itu,
lama…sekali. “Gio…” tiba-tiba aku berucap lirih.
“Anda
memanggil saya?? Anda mengenal saya??? ”
“Kamu tak
ingat aku??? Aku Regia.”
“Regia???
Maafkan aku Regia. Aku…”
“Kemana saja
dirimu? Sudah lama kau kutunggu-tunggu. Kenapa kau menghilang??” Mataku
berkaca-kaca. Aku lalu menarik sebuah kotak pink dari dalam tas. Kotak ini yang
selalu kubawa sejak tadi pagi dan selalu kutenteng kemana-mana. Alasannya cuma
satu, karena hari ini hari valentine. Karena aku yakin akan menemukan cintaku
kembali dihari ini. Terima kasih Tuhan telah Kau kembalikan permataku yang
hilang.
Cerpen Oleh: Nelvianti
*ngerayain valentine itu gak tepat tapi entah kenapa saya dulu bisa menulis cerpen sealay ini. Bersyukur segera sadar.
0 komentar:
Posting Komentar